Bojonegoro (Antara Jatim) - Debit mata air di 250 lokasi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, terancam menyusut, disebabkan keberadaan sejumlah pabrik semen yang memanfaatkan batu kapur sebagai bahan semen," kata Ketua Yayasan Pecinta Alam Akarina Indonesia di Tuban, M. Ali Baharuddin, Selasa.
Dari hasil survei yang dilakukan, menurut dia, ada indikasi dari 250 titik sumber mata air yang tersebar di 10 kecamatan, sebagian di antaranya, debitnya sudah mulai menyusut.
Penyusutan debit mata air, lanjut dia, dipengaruhi berkurangnya batu kapur yang dimanfaatkan pabrik semen sebagai bahan baku semen.
"Tanah di Tuban sebagian besar pegunungan kapur yang berfungsi menyerap air. Kalau batu kapur semakin berkurang maka potensi air tanah yang berhasil diserap batu kapur juga akan berkurang," tuturnya.
Padahal, menurut dia, keberadaan pabrik Semen di Tuban semakin bertambah jumlahnya tidak hanya PT Semen Indonesia, dan Holcim, tetapi juga pabrik semen lainnya yang masih dalam proses pembangunan.
"Pabrik semen yang baru akan berdiri ada dua dengan investor dari China. Sekarang masih dalam proses pembangunan," ucapnya menambahkan.
Ia juga mencontohkan mata air sumur Merkudu, di Desa Merkawang, Kecamatan Kerek, jaraknya tidak jauh dari lokasi pabrik semen Holcim dan sebuah pabrik semen dengan investor China yang baru akan berdiri.
"Kalau batu kapur di sekitar sumur Merkudu berkurang ya jelas sumber mata airnya akan berkurang," ucapnya menambahkan.
Oleh karena itu, ia dengan berbagai pihak lainnya termasuk dengan KPH Tuban dan wartatan yang tergabung dalam PWI Tuban melakukan penananam pohon di sekitar lokasi sumber mata air sumur Merkudu.
Ia menambahkan sumber mata air yang sebagian berada di kawasan hutan selama ini dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari, selain untuk pertanian.
Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tuban , sebelumnya, menjelaskan usaha mempertahankan mata air yang ada di kawasan hutan di daerahnya salah satunya dengan tidak melakukan penebangan pohon.
Bahkan, ia juga akan meninjau ulang lokasi tebangan pohon jati di wilayahnya yang sudah masuk dalam perencanaan penebangan karena diprotes warga dengan alasan membahayakan sumber mata air.
"Kita akan tinjau ulang rencana penebangan pohon jati di daerah yang diprotes warga," ucapnya menegaskan.
Ia berpendapat hutan memang seharusnya tidak ditebang, tetapi dipertahankan untuk dikembangkan sebagai objek wisata.
"Kawasan hutan ke depan akan menjadi destinasi wisata, sehingga keberadaannya harus dipertahankan," katanya menegaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Dari hasil survei yang dilakukan, menurut dia, ada indikasi dari 250 titik sumber mata air yang tersebar di 10 kecamatan, sebagian di antaranya, debitnya sudah mulai menyusut.
Penyusutan debit mata air, lanjut dia, dipengaruhi berkurangnya batu kapur yang dimanfaatkan pabrik semen sebagai bahan baku semen.
"Tanah di Tuban sebagian besar pegunungan kapur yang berfungsi menyerap air. Kalau batu kapur semakin berkurang maka potensi air tanah yang berhasil diserap batu kapur juga akan berkurang," tuturnya.
Padahal, menurut dia, keberadaan pabrik Semen di Tuban semakin bertambah jumlahnya tidak hanya PT Semen Indonesia, dan Holcim, tetapi juga pabrik semen lainnya yang masih dalam proses pembangunan.
"Pabrik semen yang baru akan berdiri ada dua dengan investor dari China. Sekarang masih dalam proses pembangunan," ucapnya menambahkan.
Ia juga mencontohkan mata air sumur Merkudu, di Desa Merkawang, Kecamatan Kerek, jaraknya tidak jauh dari lokasi pabrik semen Holcim dan sebuah pabrik semen dengan investor China yang baru akan berdiri.
"Kalau batu kapur di sekitar sumur Merkudu berkurang ya jelas sumber mata airnya akan berkurang," ucapnya menambahkan.
Oleh karena itu, ia dengan berbagai pihak lainnya termasuk dengan KPH Tuban dan wartatan yang tergabung dalam PWI Tuban melakukan penananam pohon di sekitar lokasi sumber mata air sumur Merkudu.
Ia menambahkan sumber mata air yang sebagian berada di kawasan hutan selama ini dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari, selain untuk pertanian.
Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tuban , sebelumnya, menjelaskan usaha mempertahankan mata air yang ada di kawasan hutan di daerahnya salah satunya dengan tidak melakukan penebangan pohon.
Bahkan, ia juga akan meninjau ulang lokasi tebangan pohon jati di wilayahnya yang sudah masuk dalam perencanaan penebangan karena diprotes warga dengan alasan membahayakan sumber mata air.
"Kita akan tinjau ulang rencana penebangan pohon jati di daerah yang diprotes warga," ucapnya menegaskan.
Ia berpendapat hutan memang seharusnya tidak ditebang, tetapi dipertahankan untuk dikembangkan sebagai objek wisata.
"Kawasan hutan ke depan akan menjadi destinasi wisata, sehingga keberadaannya harus dipertahankan," katanya menegaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017