Trenggalek (Antara Jatim) - Tim kesehatan hewan di bawah Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menemukan dugaan wabah antraks yang teridentifikasi di satu desa setempat dan telah menular pada manusia.

"Ada dua ekor sapi yang dilaporkan mati mendadak dengan gejala antraks, Kejadiannya sekitar dua pekan lalu dan indikasinya sudah menular pada manusia," kata Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Budi Satriawan di Trenggalek, Senin.

Ia menjelaskan, dugaan anthraks muncul setelah petugas kesehatan hewan secara tidak sengaja mendapat laporan keluhan dari korban Thoimin, temannya yang pedagang sapi di Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu karena menderita luka gores, namun tak kunjung sembuh dan bengkak menyerupai bisul.

Berdasar hasil pemeriksaan visual tim keswan, luka bengkak mirip bisul akibat luka sayat itu mirip penyakit antraks kulit.

"Dari kesimpulan awal itu lalu kami melakukan penyelidikan dengan teknis wawancara dan pemeriksaan kandang. Hasilnya, diketahui korban mengalami luka gores saat memegang organ limpa ternak sapinya yang sakit mendadak lalu disembelih. Sapi itu sakit dengan gejala indetik penyakit antraks, sekitar dua pekan lalu," tutur Budi.

Tidak hanya seekor, Budi dan salah satu stafnya di seksi penularan penyakit hewan Sumadi mengatakan kematian seekor sapi juga dialami korban Thoimin sekitar sebulan sebelumnya, dengan gejala serupa.

"Gejala yang muncul di kasus kedua itu mata memerah dan kematian mendadak setelah hampir seharian demam atau panas tinggi," paparnya.

Menurut pengakuan Thoimin, kedua sapi tersebut sebelum mati telah dipotong lebih dulu dan dagingnya dijual ke pedagang daging.

"Setelah dipotong diketahui darah sapi berwarna hitam, keluar darah dari anus dan organ limpa membesar. Itu sesuai ciri-ciri antraks," kata Budi.

Namun. Tim Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek belum bisa memastikan temuan itu positif anthraks karena beberapa sampel tanah tempat dilakukan penyembelihan serta kotoran yang tersisa di kandang masih diteliti di laboratorium Balai Besar Veteriner di Wates Yogyakarta.

Temuan kasus diduga anthraks tersebut menurut Budi sudah dilaporkan ke Dinas Peternakan Provinsi Jatim, Balai Besar Veteriner di Wates Yogyakarta serta Kementerian Pertanian," ujarnya.

Selain kejadian dalam kurun sebulan dengan korban dua ekor sapi dan satu korban manusia, kata Budi, peristiwa diduga antraks juga pernah terjadi setahun sebelumnya dengan ciri-ciri sama dan juga menular pada manusia.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017