Bojonegoro (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, memastikan sejumlah kepala keluarga (KK) dengan jumlah 32 jiwa di Desa Sranak, Kecamatan Trucuk, bersedia dipindahkan karena rumahnya terancam longsor.
    
"Tim BPBD hari ini ke lokasi untuk memastikan sejumlah warga di Sranak, yang rumahnya di tepian Bengawan Solo bersedia dipindahkan," kata Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Senin.
    
Tim BPBD, lanjut dia, didampingi Camat Trucuk Moch. Tarom, juga jajaran pemerintah desa (pemdes) setempat akan langsung mendatangi warga satu persatu terkait rencana merelokasi warga.
    
"Tim BPBD hari ini memastikan warga bersedia rumahnya dipindahkan ," ucapnya menegaskan.
    
Ia menyebutkan ada tujuh rumah yang kondisinya kritis, karena bangunannya sudah menggantung di tebing Bengawan Solo, sedangkan tiga rumah lainnya juga rawan terkena longsor tebing Bengawan Solo.
    
"Kalau memang warga semua bersedia dipindahkan nantinya akan menempati tanah kas desa (TKD) Desa Sranak," jelas dia.
    
Untuk kepindahan rumah warga, lanjut dia, pemkab akan memberikan santunan kepada warga masing-masing Rp5 juta per KK.
    
"Kalau warga bersedia dipindahkan ya santunan segera dicairkan," ucapnya menambahkan.
    
Menurut dia, sebagian warga yang rumahnya rawan longsor tidak bersedia dipindahkan karena tidak memiliki tanah, selain itu bangunan rumahnya sudah permanen.
    
"Tapi kalau tidak pindah ya lambat laun tanah warga akan habis karena tebing Bengawan Solo di kawasan setempat selalu longsor," ucapnya menambahkan.
    
Seorang warga di Desa Sranak, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro Sunaryo (78) juga memperkirakan tanah warga di tepian Bengawan Solo di desa setempat lambat laun habis akibat tebing Bengawan Solo longsor.
    
Selain terkena longsor tebing Bengawan Solo, kata dia, tanah warga juga longsor akibat tergerus air Kali Kening di utaranya.
    
"Tebing Bengawan Solo selalu longsor setiap banjir Bengawan Solo surut rata-rata aberkisar 8-9 mete per tahunnya," jelasnya.
    
Ia mencontohkan tanahnya di Desa Sranak, Kecamatan Trucuk, dengan ukuran 100 X 50 meter, sekarang hanya tinggal seperempatnya akibat secara bertahap longsor.
    
"Arus air Bengawan Solo di lokasi disini berputar sehingga mengerus tebing Bengawan Solo dari bawah sehingga longsor," ujarnya.
    
Pantuan Antara bantaran Bengawan Solo di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, Bojonegoro, yang ada di seberang Desa Sranak, dimanfaatkan warga untuk membuat batu bata.
    
Selain itu, di desa setempat banyak rumah warga yang menempati tanah garis sepadan sungai  yang diuruk sama dengan ketinggian tanggul Bengawan Solo. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017