Jember (Antarajatim) - Sebagian nelayan di pesisir Kabupaten Jember, Jawa Timur berburu benih udang lobster atau dikenal dengan istilah benur selama musim paceklik karena cuaca ekstrem di wilayah setempat.

"Sebagian nelayan beralih profesi menangkap benur selama musim paceklik, meskipun tindakan tersebut dilarang oleh pemerintah," kata Imam, salah seorang nelayan di Kabupaten Jember.

Menurutnya banyak nelayan yang beralih berburu benur karena harga jualnya di pasar sangat tinggi yakni mencapai Rp40.000 per ekor dan menangkapnya tidak terlalu susah, apalagi tangkapan ikan nelayan di tengah laut juga berkurang.

"Alat tangkap yang digunakan nelayan untuk berburu benur ramah lingkungan, namun benih benur yang diburu secara terus menerus dapat menyebabkan kelestarian udang lobster terancam punah," tuturnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KKP) nomor 1 tahun 2015, pemerintah melarang penangkapan udang lobster, kepiting dan rajungan yang panjangnya masih belum memenuhi syarat.

Dalam peraturan tersebut, udang lobster bisa ditangkap jika ukuran karapas lebih dari 8 cm, kepiting 15 cm dan rajungan 10 cm. Jika di bawah itu, maka dianggap merusak kelestarian lingkungan laut.

Hal senada juga disampaikan nelayan asal Kecamatan Ambulu, Suyitno mengatakan beberapa nelayan memilih untuk melanggar aturan karena musim paceklik dan hasil tangkapan ikan menurun, sehingga mereka beralasan menangkap benih lobster untuk kebutuhan ekonomi dan kelangsungan hidup keluarga mereka.

"Di sisi lain, benur lebih mudah didapat karena dengan menaruh alat tangkapnya beberapa meter dari tepi karang dan menunggu semalam saja sudah bisa mendapatkan benur, sedangkan kalau menangkap ikan harus berlayar ke tengah laut," katanya.

Sementara itu, pengelola objek wisata Pantai Pasir Putih Malikan (Papuma) Sugiono mengeluhkan banyaknya perahu nelayan yang mencari benur di sekitar objek wisata yang menjadi salah satu primadona di Kabupaten Jember itu.

"Banyak perahu nelayan yang bersandar di sekitar objek wisata Papuma, sehingga berdampak pada ketidaknyamanan wisatawan yang berkunjung ke sana," tuturnya.

Ia mengatakan pihak pengelola Pantai Papuma tidak bisa berbuat banyak terkait dengan nelayan yang mencari benur di kawasan objek wisata tersebut, namun pihaknya berharap pemerintah kabupaten melalui instansi terkait dapat memberikan pemahaman kepada nelayan tersebut untuk tidak menangkap benur di Papuma.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017