Malang, (Antara Jatim) - Harga cabai dalam beberapa bulan terakhir ini mengalami fluktuasi, tak terkecuali di Kota Malang, bahkan pada awal pekan ini harganya menembus angka Rp140 ribu per kilogram atau naik sekitar Rp20 ribu sampai Rp25 ribu per kilogram dari harga akhir pekan lalu.
    
Salah seorang pedagang bumbu-bumbuan di Pasar Dinoyo Kota Malang, Jawa Timur, Arsani, Selasa mengaku beberapa waktu lalu harga cabai sempat turun menjadi Rp90 ribu per kilogram, namun hanya bertahan tidak sampai sepekan, kemudian secara perlahan naik lagi.
    
"Sekarang harganya sudah menembus angka Rp140 ribu per kilogram dan mungkin di pasar lain sudah ada yang lebih mahal lagi. Harga Rp140 ribu per kilogram itu masih ada campurannya cabai hijau, bukan kualitas super," kata Arsani.
     
Menurut dia, hampir setiap hari harga cabai mengalami kenaikan dan harga saat ini (Rp140 ribu per kilogram) merupakan harga tertinggi dalam beberapa tahun terakhir ini, sebab tahun lalu paling mahal antara Rp90 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram.
     
Menanggapi tingginya harga cabai tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Indri Ardoyo mengaku akan mengumpulkan penyuluh pertanian untuk mencari solusi bagaimana menyikapi kenaikan harga cabai yang sangat tinggi tersebut.
     
Indri mengaku saat ini dirinya masih melakukan pendampingan pada warga untuk budi daya penanaman cabai di pekarangan. Hanya saja, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat masih belum mengantongi data luasan areal pekarangan warga kawasan kota (urban farming) yang ditanami komoditas cabai.
    
"Kami akan menggiatkan penanaman komoditas ini, apalagi harga cabai fluktuasi, bahkan cenderung tinggi seperti sekarang ini. Jika rumah tangga bisa menanam cabai dan memanennya di saat harga cabai tinggi, tidak akan terlalu mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap komoditas kebutuhan bumbu-bumbuan tersebut," katanya.
     
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Dudi Herawadi memperkirakan harga cabai di Kota Malang diprediksi berangsur turun pada Maret 2017. Senada dengan Indri, Dudi juga menyarankan konsumen rumah tangga untuk menerapkan sistem urban farming.
     
"Tanam cabai di lahan pekarangan pakai sistem urban farming agar lebih bermanfaat dan ketika harga melambung, ibu-ibu tidak perlu risau lagi karena cabai," ucapnya.
     
Sementara itu di tingkat pedagang kecil (kios) di perkampungan, pedagang sudah mengemas cabai dalam bungkusan dengan harga rata-rata Rp3.000 yang berisi 8-10 biji cabai campur (warna hijau dan merah).
     
"Kalau dijual dengan takaran timbangan, kasihan pembeli yang lain tidak kebagian, tapi kalau sudah dibungkusi begini, paling konsumen hanya membeli dua bungkus dan saya juga bisa mengukur kalau sekilo jadi berapa bungkus, sehingga saya tidak rugi," ujar Muryati, pedagang pracangan di kampung Dinoyo.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017