Kediri (Antara Jatim) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, berencana membenahi wisata religi makam Al-Wasil Syamsudin atau Mbah Wasil di Setono Gedong, Kota Kediri, sebagai upaya menarik kunjungan wisatawan ke kota ini.

"Kami sudah melakukan untuk rencana perbaikan, termasuk koordinasi melibatkan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Mojokerto," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kota Kediri Nur Muhyar di Kediri, Senin.

Ia mengatakan, dalam rencana perbaikan lokasi wisata religi makam Mbah Wasil tersebut memang harus melibatkan BPCB, sebab lokasi tesebut merupakan sebuah situs.

Tim dari BPCB tersebut bahkan sudah meninjau langsung ke lokasi makam akhir Desember 2016, guna memantau rencana perbaikan apakah akan merusak situs atau tidak. Dari hasil pertemuan itu, ternyata diizinkan dan tidak perlu ada kajian khusus untuk proses perbaikan.

"Hasil rekomendasi tidak perlu ada kajian khusus untuk proses rehab," ujarnya.

Nur mengatakan, selain koordinasi dengan tim BPCB, pemkot juga harus koordinasi dengan ahli waris. Hal itu dilakukan, agar proses perbaikan bisa berjalan dengan lancar, serta tidak ada masalah ke depannya.

Menyangkut besarnya anggaran, Nur mengaku belum mengetahui dengan pasti. Saat ini masih dilakukan pembahasan intensif oleh tim khusus. Jika terpaksa tidak dilakukan pada 2017, rencananya akan dilakukan pada 2018.

Di situs Setono Gedong, selain terdapat makam Syaikh Syamsuddin Al-Wasil, juga terdapat makam Sunan Amangkurat Mas III, yang merupakan Raja Solo ke-3, serta sejumlah tokoh lainnya.

Syaikh Syamsuddin Al Wasil yang di dalam Kitab Kakawin Hariwangsa disebutkan sebagai guru spiritual Prabu Joyoboyo. Syaikh Syamsuddin Al-Wasil sendiri dari Negeri Ngerum /Rum (Persia) yang datang ke Kediri untuk berdakwah dan atas permintaan Raja Kediri Sri Maharaja Mapanji Jayabhaya untuk membahas kitab Musyarar yang berisi ilmu pengetahuan khusus seperti perbintangan (ilmu falak) dan nujum (ramal-meramal).

Situs yang merupakan peninggalan abad ke-12 itu juga menjadi salah satu destinasi kunjungan wisata religi di Jatim. Di situs yang diperkirakan peninggalan Prabu Joyoboyo itu menjadi sentra pendidikan Islam serta pengajian rutin yang dihadiri ribuan orang dari berbagai daerah.

Di situs tersebut, beberapa kali mengalami perbaikan. Misalnya, proses perluasan masjid yang dilakukan sejak 2013. Biaya yang diperlukan untuk perluasan itu sekitar Rp3,5 miliar, dengan rentang perbaikan sekitar empat tahun. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017