Tulungagung (Antara Jatim) - Pihak Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur akhirnya mengklarifikasi penyebab kematian sejumlah ternak sapi di wilayah tersebut diduga akibat perut kembung (tympani), bukan virus antraks karena gejala klinisnya tidak sama.

"Dengan kejadian ini kalau kita lihat dan amati disebabkan oleh pakan, karena semua kasus sapi mati selalu didahului dengan gejala perut kembung," kata Kepala Disnak Tulungagung Tatik Andayani di Tulungagung, Rabu.

Kendati tidak melakukan uji sampel, Tatik memastikan fenomena kematian sejumlah sapi secara sporadis tersebut tidak ada kaitannya dengan penyakit anthraks sebagaimana saat ini muncul di wilayah Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hal itu menurut Tatik didasarkan gejala klinis jelang kematian sapi yang selalu didahului perut kembung, nafas "ngosrong" (berat disertai getaran tubuh), suhu badan tinggi, hingga akhirnya kejang dan mati.

"Kalau melihat gejalanya itu hampir dipastikan penyebabnya adalah pakan. Kalau antraks gejala klinisnya kematian mendadak tanpa sebab yang kemudian diikuti keluar cairan darah dari beberapa lubang tubuh, seperti hidung, mulut, telinga hingga mata," jelas Tatik.

Berbeda halnya dengan kasus kematian enam ekor sapi di Desa Pinggirsari, Kecamatan Ngantru yang menurut hasil pengumpulan informasi tim disnak lebih mengarah pada gejala perut kembung atau dalam bahasa klinis kesehatan hewan disebut dengan istilah kondisi tyfani.

"Kejadiannya itu kan sudah sekitar 1-2 bulan lalu dan warga tidak langsung melapor ke petugas atau mantri kesehatan hewan, sehingga pemeriksaan langsung tidak bisa dilakukan," ujarnya.

Tatik mengatakan, kurangnya koordinasi dan pengaduan dari masyarakat membuat tim disnak juga tidak melakukan langkah pengambilan sampel darah ataupun organ sapi yang mati tersebut.

Alasannya, kata dia, saat petugas datang menindaklanjuti informasi atau laporan yang terlambat itu bangkai hewan sudah tidak ada karena dijual ke pedagang daging sapi.

"Selain di Pinggirsari, Ngantru kasus serupa juga terjadi di wilayah Kecamatan Rejotangan. Di sana ada satu ekor sapi mati dengan gejala klinis sama namun segera dilaporkan oleh peternak sehingga petugas kami bisa segera menindaklanjuti dan memeriksa langsung," tuturnya.

Tatik menjelaskan, fenomena tyfani pada sapi bisa terjadi karena faktor pakan yang diberikan peternak.

"Bisa jadi karena pakan itu mengandung pestisida, mungkin sengaja diracun, atau bisa juga karena daun rumput yang masih muda. Karena saat penghujan seperti ini jika ternak diberi pakan rumput muda, biasanya daunnya mengeluarkan gas yang bisa menyebabkan perut kembung tadi," jelasnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017