Banyuwangi (Antara Jatim) - Bupati Abdullah Azwar Anas meluncurkan "Banyuwangi Festival 2017" dengan pusat kegiatan di tengah persawahan di Desa Banjar, di kaki Gunung Ijen, salah satu lokasi wisata andalan daerah paling timur Pulau Jawa itu.

"Peluncuran Banyuwangi Festival 2017 sengaja digelar di desa dan di tengah sawah karena orientasi ajang wisata ini adalah untuk kemajuan dan kesejahteraan desa," ujar Abdullah Azwar Anas saat peluncuran festival itu di Banyuwangi, Rabu.

Panggung yang digunakan untuk peluncuran festival itu berada di tengah sawah dengan konsep yang sangat sederhana dengan hanya beralaskan ilalang dengan ornamen bambu-bambu dan janur kuning. Tepat di depan panggung ada jembatan bambu dan kolam ikan, sehingga suasana alam perdesaan sangat terasa.

Anas mengatakan, Banyuwangi Festival (B-Fest) 2017 tetap akan menyajikan event besar yang telah menjadi ikon daerah, seperti "Internasional Tour de Banyuwangi Ijen" (27-30 September), "Banyuwangi Ethno Carnival" (11 November), Festival Gandrung Sewu (8 Oktober), "Banyuwangi Beach Jazz Festival" (2 September), dan "Jazz Ijen" (6-7 Oktober).

"Tahun ini ada 72 kegiatan wisata yang berbasis keberagaman seni dan budaya, pesona alam, kreativitas rakyat, dan sport tourism. Pokoknya tahun ini jauh lebih berwarna dibanding tahun sebelumnya," katanya.

Anas mengatakan, Banyuwangi Festival digelar setiap tahun bukan hanya untuk mendongkrak sektor wisata, tetapi sekaligus upaya untuk mewadahi dan menumbuhkan kreativitas rakyat Banyuwangi.

"Seperti tahun ini kami menggelar kegiatan baru, yakni Festival Sastra (26 -30 April) dan Festival Teknologi Inovatif (19-22 Juli). Tujuannya tak lain untuk merangsang minat anak muda pada sastra dan sains. Kalau difestivalkan, tumbuh perhatian pada dua bidang tersebut," ujar Anas.

Anas menambahkan, B-Fest 2017 juga akan menjadi ajang istimewa bagi industri fashion daerah. Tahun ini ada lima kegiatan untuk memamerkan potensi desainer daerah, mulai ajang "Indonesia Fashion Week" (4 Februari), "Green & Recycle Fashion Week" (25 Maret), "Kebaya Festival" (22 April), "Banyuwangi Batik Festival" (29 Juli), dan "Banyuwangi Fashion Festival" (14 Oktober).

"Kami ingin para pelaku industi fashion di Banyuwangi semakin maju, mampu meningkatkan kualitas produknya sekaligus memperluas jangkauan pasarnya," ujar Anas.

Sejumlah tradisi asli Banyuwangi juga difestivalkan, antara lain "Barong Ider Bumi" (26 Juni), "Seblang" (30 Juni dan 5 September), Tumpeng Sewu (24 Agustus), Kebo-keboan (14 September dan 1 Oktober), hingga Petik Laut (4 dan 23 Oktober).

"Kami juga menggelar Agro Expo (13-20 Mei), Festival Durian (20 Mei), dan Fish Market (3 Oktober) untuk menguatkan dan mempromosikan produk pertanian serta perikanan. Misalnya, bakal ditampilkan durian merah yang menjadi buah khas Banyuwangi," ujar Anas.

Dari sisi sport tourism, selain "International Tour de Banyuwangi Ijen" (27-30 September) yang telah menjadi agenda tetap Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI), ada "Banyuwangi International Ijen Green Run" (23 Juli), "Banyuwangi International BMX" (22-23 April), dan "Kite and Wind Surfing Competition" di Pulau Tabuhan (26-27 Agustus).

"Tahun ini juga ada Festival Kuliner mengangkat pecel pithik, salah satu kuliner khas masyarakat Suku Osing Banyuwangi. Kuliner kami angkat agar makin dikenal dan wisatawan bisa bertamasya rasa di depot-depot Banyuwangi," kata Anas. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017