Banyuwangi (Antara) - Pemkab Banyuwangi yang sebelumnya menggalakkan program 10.000 kolam di pekarangan, yang kini sudah tepenuhi kemudian ditingkatkan menjadi 100.000 kolam untuk meningkatkan ekonomi sekaligus membantu pemenuhan gizi keluarga.
      
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Kamis menjelaskan selama rentang 2012-2015, pihkanya telah mengembangkan 10.000 kolam pekarangan dan kini digenjot menjadi 100.000 kolam pekarangan hingga 2021.

"Jadi warga yang punya pekarangan bisa dimanfaatkan sebagai lahan budi daya ikan dengan pendampingan dinas terkait. Kalau warga mampu ya beli bibit dan peralatan sendiri. Pemerintah daerah secara bertahap bantu bibit dan alat bagi warga yang kurang mampu," ujarnya.

Anas menjelaskan gerakan kolam di pekarangan dimulai 2012 dan hingga 2015 ditargetkan mampu mencapai gerakan 10.000 kolam ikan. Pada 2015, target itu terlampaui dengan jumlah 13.215 kolam yang tersebar se-Banyuwangi. Kolam-kolam itu membudidayakan, antara lain ikan tombro, nila, gurame, dan lele.

Anas menambahkah, pengembangan program itu memanfaatkan potensi sumber daya air yang melimpah di Banyuwangi. Karena saat ini, katanya, tidak bisa lagi hanya mengandalkan perikanan tangkap (laut) karena populasi ikan yang semakin berkurang, sementara permintaan ikan terus bertambah.

"Kita punya sumber air yang melimpah, ini harus dimanfaatkan. Perikanan budi daya menjadi alternatif pemenuhan ikan yang sebelumnya hanya datang dari perikanan tangkap di laut. Program ini akan menjadi sumber ketahanan pangan keluarga sekaligus juga sumber penghasilan bagi keluarga," katanya.

Anas mengatakan, beberapa kecamatan di Banyuwangi memiliki sumber daya  air yang melimpah, seperti Kecamatan Glenmore, Kalibaru, Sempu, Songgon, Glagah, dan Licin. Wilayah ini menjadi lokasi yang potensial bagi pengembangan program gerakan kolam pekarangan.

"Program budi daya air tawar bisa bersinergi dengan program pengembangan infrastruktur sumber daya air atau irigasi. Intinya harus ada koordinasi program. Misalnya, bentuknya mina padi, yakni 'combined farming' dengan menggabungkan padi dan ikan. Kalau perlu dana desa kita dorong sebagian untuk membeli bibit ikan. Di pekarangan juga tidak harus selalu bikin kolam yang besar, cukup dengan kolam sederhana sudah bisa untuk memelihara ikan," ujarnya.

Kepala Dinas Perikanan, Kelautan dan Ketahanan Pangan Pemkab Banyuwangi Hary Cahyo Purnomo menambahkan beberapa program telah disiapkan untuk mewujudkan program 100.000 kolam. Salah satunya Program Gema Pamili atau Gerakan Masyarakat Pangan Mina Lestari. Gerakan ini mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dari pekarangan sendiri. Mulai dengan mendorong Gema Pamili di tingkat kecamatan, kampung hingga perumahan warga.

"Kami ingin nantinya setiap rumah di Banyuwangi, khususnya yang memiliki pekarangan dan sumber air yang cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan dengan menanan aneka tanaman pangan dan membuat kolam ikan," kata Hary.

Gerakan Mina Tani (kombinasi pertanian tanaman dan budi daya ikan) juga dilakukan di sentra tanaman pangan maupun hortikultura. Seperti Mina Padi di Kecamatan Sempu dan Licin, Mina Naga di Pesanggaran dan Purwoharjo, serta Mina Jeruk di Kecamatan Purwoharjo dan Bangorejo.

"Mina tani ini sudah berjalan di beberapa lokasi sentra. Ke depan akan kita galakkan lebih masif," ujar Hary.(*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017