Surabaya (Antara Jatim) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengingatkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah memperkuat kualitas kemasan sebagai salah satu upaya peningkatan daya saing dengan produk lain, terutama dari luar negeri.

"Kemasan sangat mempengaruhi peningkatan sehingga harus diperkuat agar konsumen tertarik," ujarnya di sela Musyawarah Daerah Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jatim dan Pelantikan Pengurus masa bakti 2014-2019 di Surabaya, Kamis.

Peningkatan kualitas pengemasan, kata dia, juga harus didukung kreativitas, inovasi, dan  memanfaatkan teknologi terbaru serta berstandarisasi internasional.

Menurut Pakde Karwo, sapaan akrabnya, permasalahan serius yang dihadapi perajin lokal adalah masih rendahnnya kualitas pengemasan, terlebih pemilik usaha sering kali memaksakan desain kemasannya meskipun tidak sesuai standar.

Selain itu, lanjut dia, masalah yang dihadapai perajin yakni di sisi rasa, seperti produk keripik pisang dari Lumajang yang tidak bisa masuk ke pasar luar negeri karena rasanya terlalu manis, sedangkan orang mancanegara menyukasi rasa agak asam.

Karena itulah, orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut berharap Dekranasda mampu turut bertanggung jawab terhadap eksistensi perajin dengan terus meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya.

"Sebuah produk disebut berdaya saing jika kualitas produknya terstandar, harganya kompetitif, dan cepat sampai ke konsumen," kata mantan Sekdaprov Jatim tersebut.

Berdasarkan data Biro Humas dan Protokol Pemprov Jatim, saat ini daya saing produk-produk di Jatim menduduki peringkat kedua setelah DKI Jakarta di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Jatim Nina Kirana Soekarwo berkomitmen pihaknya terlibat dan andil memajukan perekonomian Jatim agar semakin kokoh dan stabil.

"Dekranasda diharapkan bisa membangun komunikasi efektif dengan Dekranas guna meningkatkan produktivitas dan kualitas kerajinan Indonesia," kata Bude Karwo, sapaan akrabnya.

Ia mengakui saat ini masih terdapat masalah yang dihadapi para perajin, di antaranya keterampilan SDM dan ketersediaan pendamping lapangan, regenerasi perajin, kapasitas teknologi industri, ketersediaan bahan baku dan bahan pendukung, desain kemasan dan "labeling" produk, promosi dan jaringan pemasaran serta permodalan.

"Para perajin biasanya juga terkendala di sisi perizinan yang meliputi Surat Izin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Industri dan Izin Usaha Industri," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017