Surabaya (Antara Jatim) - Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surabaya, Jawa Timur,
akan fokus menghidupkan sentra kuliner yang dibangun di sejumlah lokasi
pada 2017.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya Eko Haryanto di Surabaya, Rabu, mengatakan Pemkot Surabaya acapkali disemati stigma rajin membangun sentra wisata kuliner, tetapi kurang pandai menghidupkan sentra yang dibangun.
"Makanya pada 2017 ini kami tidak akan fokus pada pembangunan sarana dan prasarana sentra PKL/kuliner baru," katanya.
Menurut dia, stigma itu tidak lepas dari adanya sentra kuliner yang masih belum hidup dalam artian belum mampu jadi tujuan masyarakat. Untuk itu, pada 2017 ini, Pemkot Surabaya akan fokus pada beberapa pekerjaan rumah dalam upaya menghidupkan beberapa sentra wisata kuliner yang telah dibangun Pemkot Surabaya.
Eko menyebut akan mengevaluasi sekitar 40 sentra kuliner di Kota Surabaya. "Kami akan mencoba melihat kelemahan-kelemahan dari sentra-sentra kuliner ini lalu mencoba untuk memberdayakan mereka," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya telah berkeliling untuk melihat langsung sentra kuliner tersebut. Eko menyebut ada sentra kuliner yang masih sepi, ada yang ramai tetapi kurang bagus manajemennya, dan ada yang memang benar-benar ramai.
Ia mengatakan ada sentra kuliner yang pedagangnya sebelumnya sudah punya segmen pembeli, tetapi ketika dipindah ke gedung sentra kuliner yang tempatnya lebih layak, malah sepi.
"Itu yang coba kami urai masalahnya. Kami akan berkeliling ke semua sentra kuliner untuk mengetahui penyebabnya kenapa kok tidak ramai. Kami akan coba cari solusinya. Intinya perlu ada sentuhan pemerintah di situ," ujarnya.
Menurut Eko, ada tiga hal penting yang harus dilakukan dalam upaya menghidupkan sentra kuliner di Surabaya yakni manajemen produksi, manajemen keuangan dan manajemen pengelolaan.
Untuk itu, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Surabaya akan lebih banyak menyentuh peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), peningkatan produksi dan juga manajemen pengelolaan.
"Itu yang kurang. SDM akan kami latih termasuk manajemen keuangan akan kami tata. Selama ini mereka cenderung uang kelompok dan pribadi itu bercampur sehingga perlu ada tata kelola keuangan yang standar," katanya.(*)
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya Eko Haryanto di Surabaya, Rabu, mengatakan Pemkot Surabaya acapkali disemati stigma rajin membangun sentra wisata kuliner, tetapi kurang pandai menghidupkan sentra yang dibangun.
"Makanya pada 2017 ini kami tidak akan fokus pada pembangunan sarana dan prasarana sentra PKL/kuliner baru," katanya.
Menurut dia, stigma itu tidak lepas dari adanya sentra kuliner yang masih belum hidup dalam artian belum mampu jadi tujuan masyarakat. Untuk itu, pada 2017 ini, Pemkot Surabaya akan fokus pada beberapa pekerjaan rumah dalam upaya menghidupkan beberapa sentra wisata kuliner yang telah dibangun Pemkot Surabaya.
Eko menyebut akan mengevaluasi sekitar 40 sentra kuliner di Kota Surabaya. "Kami akan mencoba melihat kelemahan-kelemahan dari sentra-sentra kuliner ini lalu mencoba untuk memberdayakan mereka," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya telah berkeliling untuk melihat langsung sentra kuliner tersebut. Eko menyebut ada sentra kuliner yang masih sepi, ada yang ramai tetapi kurang bagus manajemennya, dan ada yang memang benar-benar ramai.
Ia mengatakan ada sentra kuliner yang pedagangnya sebelumnya sudah punya segmen pembeli, tetapi ketika dipindah ke gedung sentra kuliner yang tempatnya lebih layak, malah sepi.
"Itu yang coba kami urai masalahnya. Kami akan berkeliling ke semua sentra kuliner untuk mengetahui penyebabnya kenapa kok tidak ramai. Kami akan coba cari solusinya. Intinya perlu ada sentuhan pemerintah di situ," ujarnya.
Menurut Eko, ada tiga hal penting yang harus dilakukan dalam upaya menghidupkan sentra kuliner di Surabaya yakni manajemen produksi, manajemen keuangan dan manajemen pengelolaan.
Untuk itu, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Surabaya akan lebih banyak menyentuh peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), peningkatan produksi dan juga manajemen pengelolaan.
"Itu yang kurang. SDM akan kami latih termasuk manajemen keuangan akan kami tata. Selama ini mereka cenderung uang kelompok dan pribadi itu bercampur sehingga perlu ada tata kelola keuangan yang standar," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017