Bojonegoro (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa
Timur, menyebutkan bencana kegagalan industri di daerahnya selama 2016
terjadi empat kali, meningkat dibandingkan pada 2015 yang hanya dua kali
kejadian.
"Dalam empat kali kejadian bencana kegagalan industri semuanya diakibatkan adanya kebocoran gas H2S (hidrogen sulfida) yang keluar dari sumur minyak," kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro Eko Susanto di Bojonegoro, Jumat.
Ia merinci empat kali bencana kegagalan industri itu, tiga kali kejadian dari lapangan minyak Banyuurip Blok Cepu di Kecamatan Gayam, dan satu kali dari lapangan minyak Sukowati di Desa Campurejo, Kecamatan Kota.
Dalam tiga kali kejadian bencana kegagalan industri di lapangan minyak Blok Cepu, menurut dia, karena adanya kebocoran gas H2S (hidrogen sulfida) yang mengakibatkan sejumlah warga mengalami gejala keracunan.
Namun, lanjut dia, dalam kejadian bencana kegagalan industri di lapangan minyak Blok Cepu itu tidak menimbulkan korban jiwa.
"Dalam satu kali kejadian bencana kegagalan industri di lapangan Sukowati juga mengakibatkan warga di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, mengalami gejala keracunan gas H2S," paparnya.
Dari data yang diperoleh kegagalan bencana industri di lapangan minyak Blok Cepu di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, terjadi dua kali pada Oktober 2016 dan satu kali pada 18 Desember 2016.
Sebelumnya kegagalan industri berupa kebocoran gas H2S juga terjadi di lapangan A minyak Sukowati di Desa campurejo, Kecamatan Kota, pada 1 Februari 2016.
Dalam kejadian bencana kegagalan industri dari lapangan sumur minyak Blok Cepu dan Sukowati itu, sejumlah warga terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit (RS).
"Dalam kejadian itu sejumlah warga juga mengalami gejala keracunan gas H2S, seperti mual-mual dan pusing," katanya menegaskan.
Lebih lanjut ia menjelaskan penanganan bencana kegagalan industri langsung ditangani Penanganan Keadaan Darurat Bencana (PKDB) yang diketuai Komandan Kodim 0813 dengan anggota jajaran instansi terkait.
Namun penanganan bencana kegagalan industri untuk tahun ini akan diubah menjadi Komando Penanganan Darurat Bencana (KPDB).
"Untuk KPDB penetapan personelnya masih menunggu keputusan Bupati Bojonegoro Suyoto," ucapnya menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Dalam empat kali kejadian bencana kegagalan industri semuanya diakibatkan adanya kebocoran gas H2S (hidrogen sulfida) yang keluar dari sumur minyak," kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro Eko Susanto di Bojonegoro, Jumat.
Ia merinci empat kali bencana kegagalan industri itu, tiga kali kejadian dari lapangan minyak Banyuurip Blok Cepu di Kecamatan Gayam, dan satu kali dari lapangan minyak Sukowati di Desa Campurejo, Kecamatan Kota.
Dalam tiga kali kejadian bencana kegagalan industri di lapangan minyak Blok Cepu, menurut dia, karena adanya kebocoran gas H2S (hidrogen sulfida) yang mengakibatkan sejumlah warga mengalami gejala keracunan.
Namun, lanjut dia, dalam kejadian bencana kegagalan industri di lapangan minyak Blok Cepu itu tidak menimbulkan korban jiwa.
"Dalam satu kali kejadian bencana kegagalan industri di lapangan Sukowati juga mengakibatkan warga di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, mengalami gejala keracunan gas H2S," paparnya.
Dari data yang diperoleh kegagalan bencana industri di lapangan minyak Blok Cepu di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, terjadi dua kali pada Oktober 2016 dan satu kali pada 18 Desember 2016.
Sebelumnya kegagalan industri berupa kebocoran gas H2S juga terjadi di lapangan A minyak Sukowati di Desa campurejo, Kecamatan Kota, pada 1 Februari 2016.
Dalam kejadian bencana kegagalan industri dari lapangan sumur minyak Blok Cepu dan Sukowati itu, sejumlah warga terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit (RS).
"Dalam kejadian itu sejumlah warga juga mengalami gejala keracunan gas H2S, seperti mual-mual dan pusing," katanya menegaskan.
Lebih lanjut ia menjelaskan penanganan bencana kegagalan industri langsung ditangani Penanganan Keadaan Darurat Bencana (PKDB) yang diketuai Komandan Kodim 0813 dengan anggota jajaran instansi terkait.
Namun penanganan bencana kegagalan industri untuk tahun ini akan diubah menjadi Komando Penanganan Darurat Bencana (KPDB).
"Untuk KPDB penetapan personelnya masih menunggu keputusan Bupati Bojonegoro Suyoto," ucapnya menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017