Bojonegoro (Antara Jatim) - Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meperkirakan produksi padi di daerah itu mencapai 1.000.050  ton gabah kering giling (GKG) dengan tanaman padi terpanen seluas 153.594 hektare pada 2016.
    
"Produksi padi selama 2016 bisa lebih dari 1 juta ton GKG, masih sebatas perkiraan, karena panen tanaman padi Desember belum kami hitung secara pasti," kata Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari di Bojonegoro, Senin.
    
Ia memperkirakan produksi padi selama setahun ini dengan memperhitungan produksi padi yang sudah masuk dalam perhitungan Januari-November 2016 sebanyak 980.737  ton GKG dengan luas tanaman padi terpanen 153.594 hektare.  
    
"Selama Desember 2016 masih ada panen tanaman padi, tetapi data riilnya belum masuk hanya sebatas perkiraan," ujarnya.
    
Lebih lanjut ia menjelaskan produksi padi tahun ini seharusnya bisa lebih tinggi lagi kalau saja tidak ada banjir luapan Bengawan Solo yang merendam tanaman padi sekitar 6.000 hektare.
    
Tanaman padi sekitar 6.000 hektare yang terendam air banjir luapan Bengawan Solo selama beberapa hari itu lokasinya yang terparah di sejumlah desa di Kecamatan Kanor, Baureno dan Balen.
    
"Tanaman padi yang terendam air banjir luapan Bengawan Solo itu gagal panen. Kalau saja tidak ada banjir maka produksi tanaman padi di Bojonegoro jauh lebih banyak," ujarnya.
    
Ia memberikan gambaran produksi padi pada 2015 dengan hanya sekitar 850 ribu ton GKG dari tanaman padi terpanen sekitar 151.000 hektare.
    
"Bertambahnya luas tanaman padi karena petani  banyak yang tetap menanam padi karena hujan masih turun selama musim kemarau yang lalu," tuturnya.
    
Menurut dia, petani tidak hanya menanam tanaman padi di sawah irigasi teknis dan tadah hujan, dan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo, tetapi juga di kawasan hutan sehingga luas tanaman padi terus bertambah.
     
Meski ada tanaman padi yang gagal panen, ia mengaku tidak mempermasalahkan karena petani yang tanaman padinya gagal panen bisa memperoleh klaim ganti rugi asuransi usaha tanam padi (AUTP).
    
Sesuai perhitungan yang dilakukan, menurut dia, petani di daerahnya bisa memperoleh klaim AUTP tanaman padi sekitar Rp4 miliar, padahal uang yang dikeluarkan petani untuk mengasuransikan tanaman padinya hanya sekitar Rp100 juta.
    
"Kalau saja semua petani di daerah genangan banjir luapan Bengawan Solo masuk AUTP maka tidak ada petani di daerah kami yang merugi," ucapnya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017