Banyuwangi (Antara Jatim) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memuji Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, yang dinilai jeli menggarap Bandara Blimbingsari menjadi ikon pariwisata di kabupaten paling timur di Pulau Jawa itu.
     
Menhub mengunjungi Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Sabtu, mengecek terminal baru Bandara Blimbingsari yang merupakan terminal bandara berkonsep hijau pertama di Indonesia. Terminal tersebut kini tengah memasuki tahap akhir pembangunan sebelum diresmikan awal 2017.
     
Budi, sebagaimana dikutip siaran pers Pemkab Banyuwangi menyatakan mengapresiasi pada kinerja Pemkab Banyuwangi dalam mengembangkan bandara yang dinilainya kreatif.

Menurut Menhub, Bandara Blimbingsari dikembangkan bukan semata-mata sebagai sarana aksesibilitas, tapi juga untuk pendongkrak kunjungan wisatawan ke daerah itu.

"Saya mengapresiasi kreasi Bandara Banyuwangi yang bisa dijadikan ikon wisata, bukan semata-mata infrastruktur transportasi. Ini memberikan harapan baru bagi Indonesia yang tengah mendorong pariwisata," ujar Budi.
     
Di tengah fokus pemerintah pusat yang sedang gencar mengembangkan pariwisata, munculnya inisiasi bandara hijau ini, katanya, sangat menunjang perkembangan wisata di Indonesia.

"Saya yang pernah menjadi pengelola bandara, saya merasa ide ini sangat dahsyat. Detail-detail pengerjaannya sangat cantik, bikin pikiran fresh," kata Budi yang merupakan mantan dirut PT Angkasa Pura II, pengelola bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia, yakni Bandara Soekarno-Hatta.

Bandara Blimbingsari Banyuwangi kini mempunyai terminal baru dengan arsitektur hijau yang unik dan bernuansa etnik. Terminal berkapasitas 250.000 penumpang per tahun itu diharapkan menjadi ikon baru yang mendukung pariwisata.

Selain tampil dengan arsitektur penuh estetika, terminal itu mengedepankan penghematan energi dengan pendekatan konsep rumah tropis yang mengutamakan penghawaan udara alami alias tanpa udara pendingin atau AC, namun tetap sejuk dengan penanaman berbagai jenis tanaman dan konservasi air.

Desain interior terminal juga dikonsep minim sekat untuk menggaransi kelancaran sirkulasi udara dan sinar matahari. Di dalam terminal juga terdapat kolam-kolam ikan yang berfungsi mengurangi tekanan udara, sehingga suhu ruang tetap sejuk.

Menurut Menhub, Bandara Blimbingsari bisa menjadi contoh bagi bandara lain di Indonesia. Bandara seharusnya dibangun tidak hanya untuk alasan fungsional, namun juga harus dipikirkan menjadi daya pikat tersendiri. Detail-detail bangunan juga harus menjadi perhatian, agar lebih artistik.

"Detail semacam ini harus diperhatikan agar Indonesia punya diferensiasi, terutama untuk pariwisata," ujar arsitek lulusan UGM Yogyakarta ini.

Budi juga mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Pemkab Banyuwangi dengan membangun bandara lewat APBD. "Contoh bagi semua daerah, jangan semua menunggu dana dari pusat. Banyuwangi ini menjadi contoh bagaimana sebuah bandara di-drive oleh daerah," ujarnya.

Budi menambahkan, pihaknya mendukung pembangunan Bandara Blimbingsari. Kemenhub akan melakukan penebalan landasan bandara menjadi PCN 40 dan perpanjangan apron.

"Maret 2017 jalan. Kalkulasi anggarannya sekitar Rp50 hingga Rp60 miliar. Biar direct flight Jakarta - Banyuwangi segera terealisasi. Bahkan saya menawarkan Banyuwangi bisa dikelola pengelola internasional kalau progress wisatawan asingnya bagus," kata Budi.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelaskan, pembangunan bandara hijau sengaja dilakukan sebagai salah satu upaya menarik wisatawan. "Bandara yang unik akan menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi kami," katanya.

Anas menceritakan pengalamannya ketika mencari ide untuk memulai pengembangan bandara. Dia bertemu dengan sejumlah eksekutif muda yang bisnisnya baru beranjak tumbuh. Mereka menyarankan untuk membangun bandara penuh kaca, sehingga tampak modern. Namun, saat bertemu dengan pengusaha senior papan atas, Anas malah disarankan untuk membangun bandara yang berkarakter lokal, hijau, dan tidak mewah, dengan kayu-kayu bekas.

"Saya pikir betul juga saran orang-orang senior yang sudah menjelajahi dunia. Mereka bilang, dari Amerika sampai Bali, bandaranya penuh kaca. Kalau mau bersaing, jelas Banyuwangi akan kalah. Makanya kita bikin yang sederhana tapi pesannya kuat dengan arsitektur yang unik dan hijau," kata Anas. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016