Surabaya, (Antara Jatim) - Dua komoditas yakni migas dan barang logam mendorong naiknya neraca perdagangan ekspor Jatim selama Januari hingga November 2016, sehingga mengalami surplus 846,53 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Teguh Pramono di Surabaya, Selasa mengatakan ekspor Jatim selama Januari-November secara total mencapai 17.404 juta dolar AS, sedangkan impor hanya tercatat 16.558 juta dolar AS.

Secara rinci, kata Teguh untuk ekspor migas pada periode Januari-November  2016 tercapai 928 juta dolar AS, atau naik 57,28 persen dibanding periode tahun 2015 yang tercapai 590 juta dolar AS.

"Naiknya ekspor migas tidak lepas karena tingginya demand atau permintaan negara-negara maju, seperti Jepang dan Tiongkok, dengan total ekspor migas di kedua negara itu mencapai 459 juta dolar AS, atau berkontribusi hingga 55 peren dari total ekspor migas," katanya.

Sementara itu, untuk kenaikan ekspor logam dan batu mulia berasal dari tingginya permintaan dari AS dan negara di Uni Eropa, dan tercatat mencapai 132 juta dolar AS, atau naik 63,17 persen jika dibanding periode tahun lalu.

"Naiknya ekspor di kedua wilayah itu dibarengi dengan anjloknya impor, dan sepanjang Januari-November 2016 impor Jatim tercatat 16.558 juta dolar AS, jumlah itu turun hingga 6,77 persen jika dibanding periode yang sama tahun lalu dimana impor mencapai 17.760 juta dolar AS," tuturnya.

Teguh mengaku, kebijakan pemerintah terkait pengurangan impor migas juga mempengaruhi turunnya impor migas di Jatim, dan pada periode Januari-November 2016 tercatat tercapai 2.666 juta dolar AS, atau turun hingga 21,60 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3.400 juta dolar AS.

Sedangkan untuk impor non migas, kata Teguh turun tipis 3,25 persen atau setara dengan 13.842 juta dolar AS.

Meski impor migas turun, kata Teguh, hal itu tidak terjadi pada impor produk bahan baku seperti hortikultura dan agrobis yang masih tinggi, dan tercatat mengalami kenaikan hingga 12 persen.

"Tumbuhnya impor buah-buahan dan gandum karena pasar ritel di Indonesia yang terus tumbuh. Ini yang menyebabkan kran impor tidak bisa ditahan dan kami perkirakan masih terus tumbuh," imbuhnya.
 
Teguh memperkirakan surplus neraca perdagangan Jatim diprediksi akan terjadi sampai akhir tahun, hal itu sesuai dengan siklus dan pola tahunan karena permintaan ekspor akan masih tinggi hingga akhir tahun.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016