Kompetisi antarklub sepak bola di Indonesia dalam ajang Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016, sebentar lagi akan berakhir.

Sebanyak 18 klub ISL dan 53 klub divisi utara bersaing berebut juara pada kompetisi ini. Membesarkan nama klub di kancah sepak bola nasional, merupakan salah satu tujuan, klub-klub profesional ini ikut kompetisi.

Persepam Madura Utama asal Kabupaten Pamekasan dan Perrsu Kaisar Madura asal Kabupaten Sumenep, merupakan klub profesional asal Pulau Madura, Jawa Timur yang juga ikut berkompetisi di ISC 2016 untuk kelas divisi utama atau grup B ISC 2016 dan Madura United FC di grup A ISC 2016.

Motivasi untuk meraih juara dan memperkenalkan klub di kancah sepak bola nasional, merupakan pemicu tiga klub profesional asal Pulau Garam ini untuk ikut kompetisi ISC 2016 yang diselenggarakan oleh PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagai operator penyelenggara pertandingan.

Baik Perrsu Kaisar Madura maupun Persepam Madura Utama, sama-sama menargetkan sebagai pemenang ISC. Sementara Madura United FC hanya menargetkan masuk empat besar di kompetisi itu.

Target yang ditetapkan pihak manajemen tentu bukan tanpa dasar. Kemampuan bermain tim dan pengelolaan manajemen yang tertata bagus, merupakan pertimbangan mendasar dalam mencapai target.

Di putaran pertama Persepam masuk grup 6 bersama Persida Sidoarjo, PSBK Kota Blitar, Laga FC, Persik Kediri dan Persatu Tuban, sedangkan Perrsu Sumenep di grup 7 bersama PERSEKAM Metro FC, PS Sumbawa Barat, PERSEWANGI Banyuwangi, PERSEKAP Kota Pasuruan dan 
PS Badung.

Bagi kedua klub yang sama-sama berasal dari Pulau Garam ini, perbedaan grup tentun menjadi awal yang baik, karena tidak harus bersaing dengan klub dari daerah yang sama, yakni dari Pulau Madura.

Sejak awal pertandingan, ketiga klub asal Madura ini seolah berjalang beriringan. Berbagai pertandingan selalu menjadi pemenang. Persepam Madura Utama dan Perrsu Kaisar Madura akhirnya masuk 16 besar.

Prestasi di putaran pertama ini, seolah membuktikan, bahwa kedua klub tersebut, memang bukanlah klub yang sekedar klub, namun lebih dari itu, memang cukup memiliki potensi dan kemampuan yang bermain yang memadai.

Begitu pula dengan Madura United di ISC grup A. Pada putaran pertama, Madura United, berhasil menjadi pemuncak klasemen. Capaian yang melebihi target yang ditetapkan oleh Manajemen Klub Haruna Soemitro dan pemilik klub sepak bola itu, Achsanul Qosasi.

"Menjadi pemuncak klasemen selama beberapa pekan berturut-turut rasanya sudah seperti juara, karena sebelum ini kami tidak pernah menjadi pemuncak klasemen sejak bermain bola," kata pemain Madura United FC Ahmad Maulana Putra dalam sebuah kesempatan.

Terhenti di Delapan Besar

 Langkah seirama antara tiga klub sepak bola Madura, yakni Perrsu Kaisar Madura, Persepam Madura Unitama dan Madura United FC untuk menjadi juara, akhirnya terhenti, setelah Persepam gagal meraih kemenangan di laga kandang saat menjadi Persita Tanggerang pada Minggu pertama November 2016.

Hasil imbang yang diperoleh Persepam saat menjamu Persita Tanggerang membuat langkah klub berjuluk "Laskar Sapeh Ngamok" menuju delapan besar terhenti.

Sebab, kala itu, Persepam hanya mampu meraih 5 poin dari 5 kali pertandingan, padahal hanya menyisakan 1 kali pertandingan.

Sementara pesaingnya yakni PSS Sleman dan Persita Tanggerang sama-sama mengumpulkan 10 poin dari 4 kali pertandingan untuk PSS Sleman, dan 5 kali pertandingan untuk Persita Tanggerang.

Dengan demikian, peluang klub sepak bola ini sudah tertutup untuk mengejar ketertinggalan poin pada dua tim lawan, sehingga asa untuk meraih juara dengan masuk 8 besar ISC B juga sudah tertutup.

Manajer Persepam Madura Utama MH Said Abdullah sempat mengaku kecewa dengan kegagalan itu. Namun kekecewaan Said bukan kepada pelatih ataupun para pemainnya, melainkan pada kinerja wasit.

"Mulai dari melawan Kalteng Putra, lalu PSS Sleman dan terkahir Persita, kita selalu dirugikan oleh kepempinan wasit," katanya dalam keterangan persnya yang disampaikan sesaat setelah pertandingan usai.

Bahkan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sempat menyatakan, ada pihak-pihak yang tidak menginginkan, ada klub sepak bola divisi utama jadi juara ISC. Tapi ia tidak menyebutkan para pihak dimaksud.

Selain itu, juara ISC juga tidak berpengaruh pada kasta divisi utama. "Yang paling penting selanjutnya tim harus berbenah menghadapi kompetesi resmi tahun depan," ucap Said.

Berbeda dengan Persepam, Perrsu justru bisa masuk ke delapan besar ISC 2016, hingga akhirnya menjadi juara 3 ISC 2016.

Perssu Kaisar Madura meraih posisi ketiga dalam Indonesia Soccer Championship (ISC) B 2016 setelah menang melawan Martapura FC dengan skor 2-1, Sabtu malam.

Laga perebutan posisi ketiga yang digelar di Stadion Manahan, Solo, itu harus diakhiri dengan adu penalti setelah kedua tim tetap bermain imbang 0-0 hingga babak tambahan.

Meski bukan juara I, namun jajaran manajemen, pelatih dan pemain mengaku bangka atas capaian Perrsu Kaisar Madura ini, karena Perrsu merupakan klub baru dan belum pernah dikenal dalam kancah sepak bola nasional, sebagaimana Persepam.

Kalah Menang Biasa

   Presiden Klub Madura United FC Achsanul Qosasi menyatakan, kalah menang dalam kompetisi merupakan hal biasa, dan ia pernah mengalami hal itu saat menjadi manajer Persepam Madura United (Kini diganti Persepam Madura Utama).

"Kalau semua menang itu bukan kompetisi namanya. Makanya, bagaimana kita harus merayakan kemenangan itu dengan rasa syukur dan menikmati kekalahan dengan segera melakukan evaluasi dan perbaikan untuk kembali bersaing di medan laga," katanya.

Pada kompetisi ISC 2016 ini, Madura United FC memang tidak memasang target juara. Target yang ditetapkan pemilik dan manajemen klub adalah masuk dalam empat besar ISC. Namun capaian klub justru melebihi target, yakni hingga tiga besar, bahkan sempat memimpin puncak klasemen pada putaran pertama.

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen dan pemilik klub yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Madura itu, hanya masuk dalam empat besar.

Selain karena klub baru, juga dalam rangka mengukur kemampuan klub untuk menghadapi kompetisi yang sesungguhnya. Selain itu, dengan mengikuti kompetisi, nama Madura juga akan dikenal luas masyarakat Indonesia, karena pertandingan selalu disiarkan secara langsung di salah satu tevelisi swasta nasional Indonesia.

Bagi "AQ" sapaan karib pria kelahiran Sumenep ini, selain bisa dikenal, dengan mengikuti kompetisi, juga akan menjadi media pembelajaran bagi publik Madura untuk menikmati beragam jenis kejadian dalam sebuah kompetisi, entah menang ataupun kalah.

Motto hidup ini pula yang mendorong pemilik klub memberikan julukan pada Madura United FC dengan sebutan "Laskar Sape Kerap". Berlari kencang untuk menjadi pemenang, dan apabila terjatuh, segera bangkit lagi dan berdiri dan lari lagi hingga mencapai batas finis.

"Dan melalui bola ini, kami juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa Madura tidak seperti yang mereka persepsikan selama ini. Di Madura juga ada bola yang juga patut dibanggakan," katanya.

Yang juga penting diingin oleh masyarakat dan suporter bola Madura, bahwa klub yang juara apabila didukung oleh semua kalangan yang memang bermintal juara, baik dari pemian, manajemen, pelatih dan suporter klub.

Menjadi klub juara memang merupakan keinginan besar dan harapan semua masyarakat, tapi membentuk mental juara, butuh proses panjang dan kematangan emosional, karena orang yang bermental juara, tidak akan pernah menyalahkan pihak lain, dalam kondisi apapun.

"Jika Madura United juara, itu tidak lepas karena semuanya telah bermintal juara, baik pemain, manajemen, pelatih dan suporternya memang sudah berminta juara," ucap Achsanul Qosasi.

Saat ini, Madura United berada di posisi tiga dengan perolehan 61 poin kalah 2 poin dari Arema Cronus yang mengantongi 63 poin. Sedangkan di urutan pertama adalah Persipura Jayapura dengan perolehan poin.(*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016