Surabaya (Antara Jatim) - Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur meminta Pemerintah Provinsi setempat agar fokus melakukan pencegahan virus HIV/AIDS terhadap heteroseksual karena risiko penularannya yang cukup tinggi, yaitu 66 persen.

"Sesuai data yang dimiliki Kementerian Kesehatan, justru kasus yang terbesar dipengaruhi oleh heteroseksual," ujar Ketua Komisi E DPRD Jatim Agung Mulyono ketika ditemui di Surabaya, Kamis.

Berdasarkan data di Kemenkes, sebanyak 66 persen dari jumlah penderitanya adalah heteroseksual atau kecenderungan seseorang melakukan hubungan seks dengan orang berbeda jenis kelamin.

Menurut dia, tingginya persentase tersebut tak bisa dianggap remeh sehingga Pemprov, dalam hal ini Dinas Kesehatan Jatim, harus fokus dan menjadikannya prioritas.

"Dinas Kesehatan harus mengambil langkah kreatif dalam hal bagaimana agar tidak sampai menular. Kaum heteroseksual ini sangat rentan dan pengaruhnya pasti ke ibu rumah tangga serta anak-anaknya," ucapnya.

Legislator asal Fraksi Partai Demokrat itu juga berpesan agar tak berhenti bersosialisasi, termasuk mengubah cara-caranya dengan harapan melakukannya secara lebih spektakuler.

Selama ini, kata dia, upaya yang dilakukan Dinkes Jatim memang sudah berjalan, namun butuh cara-cara dan ukuran lebih besar sehingga gaungnya lebih mengena ke masyarakat.

"Kalau perlu lakukan cara-cara yang memang seolah menakutkan agar mereka tak mencoba apa saja yang dilarang dan menjadi pintu bagi virus HIV/AIDS," kata politisi yang juga seorang dokter tersebut.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan faktor risiko penularan HIV terbanyak adalah melalui hubungan seks yang berisiko pada heteroseksual sebanyak 66 persen, penggunaan jarum suntik tidak steril 11 persen, lelaki seks dengan lelaki tiga persen serta penularan dari ibu ke anak tiga persen.

Sementara jumlah kasus AIDS di Indobesia yang dilaporkan tertinggi adalah pada ibu rumah tangga (10.626), tenaga nonprofessional/karyawan (9.603), wiraswasta (9.439), petani/peternak/nelayan (3.674), buruh kasar (3.191), penjaja seks (2.578), PNS (1.819) dan anak sekolah/ mahasiswa (1.764).

"Data-data yang didapat tersebut di atas mendasari dalam strategi pencegahan dan pengendalian HIV AIDS yaitu dengan pendekatan yang berfokus dalam keluarga dan masyarakat," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016