Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu menggelar Festival Perahu Layar di Selat Bali, yakni di Pantai Waru Doyong, Kelurahan Bulusan.
     
Puluhan perahu terlibat dalam ajang yang merupakan salah satu kegiatan dari Festival Banyuwangi tersebut. Mereka beradu cepat dengan hanya mengandalkan angin dan layar atau tanpa mesin.

Ketua Nelayan Bulusan, Kecamatan Kalipuro, Sujarno, mengatakan lomba perahu layar menjadi salah satu ajang yang diselenggarakan rutin setiap tahun dengan melibatkan nelayan setempat. Kegiatan yang pertama kalinya masuk agenda "Banyuwangi Festival" ini merupakan bagian dari tradisi petik laut Rabo Pungkasan (Rabu akhir) oleh warga Desa Bulusan.

"Tradisi ini setiap tahun dilaksanakan pada hari Rabu akhir di bulan Shafar. Rabo pungkasan ini diyakini sebagai hari turunnya 320 bala atau bencana karena itu dilakukan petik laut untuk mengungkapkan rasa syukur pada Allah SWT dan memohon agar di hari-hari berikutnya hasil laut dan bumi masih dapat dinikmati serta terhindar dari segala macam bala bencana," kata Sujarno.

Pada ritual petik laut tersebut, warga juga melakukan larung sesaji hasil bumi. Kemudian setelahnya dilanjutkan dengan lomba perahu layar. Lomba ini mulai dijadikan bagian dari tradisi pada tahun 2000. Untuk kali ini, pesertanya sebanyak 70 orang yang merupakan nelayan pancing di Banyuwangi dan Bali yang sama-sama mencari ikan di selat Bali.

"Lomba perahu layar ini sebagai cara untuk mempererat tali persaudaran di antara sesama nelayan," ujar Sujarno.

Pada lomba ini ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh nelayan untuk menjadi peserta, yakni perahu yang digunakan tanpa mesin, hanya menggunakan layar dengan ketinggian layar 7,3 meter. Lomba dimulai dari Pantai Waru Doyong hingga mencapai Pantai Gilimanuk, lalu kembali lagi menuju Pantai Waru Doyong.

"Jarak tempuhnya kira-kira 8 mil. Siapa yang paling cepat sampai kembali di Pantai Waru Doyong dia yang jadi pemenangnya dan berhak atas piala bergilir dan hadiah uang tunai," kata Sujarno.

Salah satu peserta Festival Perahu Layar adalah Sutrisno (48), nelayan asal Jembrana. Ia tampak antusias mengikuti Festival Perahu Layar yang dianggapnya menjadi salah satu acara yang tidak boleh dilewatkan.

Sutrisno sendiri tidak pernah absen mengikuti lomba perahu layar setiap tahunnya.

"Kegiatan ini menjadi hiburan buat kami nelayan. Lebih baik libur dulu mencari ikan dan ikut lomba ini, refreshing," ujar Sutrisno.

Selain jadi ajang hiburan, lomba perahu layar juga jadi ajang silaturahim diantara para nelayan. Karena biasanya para nelayan Bali dan Banyuwangi sama-sama mencari ikan di laut Selat Bali, tetapi jarang bertegur sapa.

"Ya kalau di laut biasanya cuma saling melambaikan tangan. Kalau di sini kan bisa ketemu salaman dan saling ngobrol," ujarnya.

Selain Sutrisno juga ada Matrasul (39), nelayan dari Gilimanuk ini menjadi pemenang lomba perahu nelayan pada tahun lalu. Kali ini, dia pun masih bersemangat untuk memenagkan perlombaan ini kembali.

"Saya akan berusaha yang terbaik untuk bisa menang lagi. Yang paling penting tahu triknya, seperti tahu arah angin dan arah arus air agar perahu bisa melaju cepat dan tidak hanyut. Kecepatan mendayung juga jadi kunci memenangkan lomba ini," kata Matrasul sebelum perlombaan dimulai.

Sementara Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pemerintah daerah mengangkat tradisi masyarakat nelayan Bulusan ke dalam "Banyuwangi Festival" sebagai cara untuk mempromosikan potensi desa-desa di Banyuwangi.

"Desa kini telah menjadi frontline pembangunan daerah, maka segenap potensi yang mampu memajukan desa akan kami promosikan. Tadisi nelayan Bulusan ini sangat unik dan menjanjikan untuk dapat menarik wisatawan," ujar Anas. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016