Surabaya (Antara Jatim) - Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Jawa Timur, membentuk Tim Reaksi Cepat "Benteng NU" yang melibatkan kader Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) di Jatim untuk melakukan patroli media sosial (medsos).
     
"Tim Reaksi Cepat 'Benteng NU' itu akan membentengi para ulama dari para penghina yang kini cukup marak unggahan pesan bernada menghina kiai dari akun-akun tak bertanggungjawab di media sosial (medsos)," kata Ketua PW GP Ansor Jatim, Rudi Tri Wachid, di Surabaya, Selasa.
     
Ia menjelaskan komposisi Tim Reaksi Cepat "Benteng NU" terdiri dari aktivis Ansor dan Barisan Serba Guna (Banser) yang ahli di peran masing-masing. "Ada tim yang ahli di bidang IT (Cyber)," katanya di sela Konsolidasi NU se-Jatim di Sekretariat PWNU Jatim, Surabaya.

Tim IT, katanya, bekerja untuk melacak pemilik akun media sosial yang mengunggah pesan berkonten hinaan kepada kiai. "Dipelajari dulu konten yang diunggah, dilacak pemilik akunnya siapa dan dimana alamat rumahnya," ujarnya.
     
Setelah pemilik akun terlacak, maka selanjutnya yang bergerak dengan melibatkan tim yang ahli negosiasi. Tim ini akan mendatangi rumah dan menemui pemilik akun yang menghina, lalu mengklarifikasi pesan yang diunggah berikut tujuannya.
     
"Setelah klarifikasi atau tabayun, kalau terbukti mengunggah status menghina, kemudian tim sarankan untuk meminta maaf kepada kiai yang dihina. Kalau perlu diajak untuk sowan ke kiai yang dihina," katanya.
     
Namun, jika tabayun dan negosiasi gagal, maka Ansor akan berkolaborasi dengan Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU untuk melaporkan pemilik akun yang menghina ke aparat berwenang.
     
"Karena tradisi NU adalah memaafkan, maka langkah hukum opsi terakhir. Tim Tabayun dibentuk untuk melestarikan budaya sopan santun anak muda ke orang tua, makanya langkah kita itu mengajari anak muda, bagaimana akhlak ke orang tua," katanya.
     
Melihat massifnya gerakan kebencian saat ini, ia menilai memang ada rekayasa pihak luar yang ingin Indonesia bertengkar dan hancur lebur. Dimulai dari politisasi ayat, hadits dipotong seenaknya utk mengobarkan permusuhan, sampai pelecehan kepada para kiai sepuh.
     
"Semua ini harus dihentikan, karena itu kami sudah menyiagakan pasukan, baik pasukan khusus yang menangani IT, maupun pasukan darat untuk melakukan klarifikasi dan tabayun ke pelaku dengan mendatangi rumah yang bersangkutan," tegasnya.
     
Sebelumnya, pemilik akun twitter bernama Pandu Wijaya asal Probolinggo mengunggah status bernada menghina mantan Rais Am PBNU, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus. Jadi bulan-bulanan netizen, keluarga Pandu didatangi aktivis Ansor-Banser setempat dan diklarifikasi. Pandu pun sowan ke kediaman Gus Mus di Rembang, Jawa Tengah. Gus Mus besar hati memaafkan.
     
Selain Gus Mus, Rais Am PBNU sekaligus Ketua MUI, KH Makruf Amin, juga jadi korban postingan bernada tidak enak dari akun twitter bernama Boni Hargens dan berakhir dengan saling maaf-memaafkan.
     
Kiai sepuh NU lain yang menjadi korban pesan melecehkan di medsos adalah KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. Penghina Mbah Moen juga sudah sowan dan terjadi maaf-maafan. Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, juga jadi sasaran pesan bernada fitnah oleh pemilik akun facebook atas nama Helmy Alattas Rosho yang tinggal di Kediri, Jawa Timur. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016