Trenggalek - (Antara Jatim) - Sejumlah warga korban tanah longsor di Desa Depok, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur mengakui mulai stres dan depresi atas musibah yang mereka alami karena terancam kehilangan rumah tinggal dampak bencana pergerakan tanah yang sampai kini masih terjadi.

"Stres lah pasti. Rumah retak-retak dan kami terancam tidak bisa menempati, bagaimana tidak stres," kata salah seorang pengungsi bernama Sumini kepada Antara di Trenggalek, Minggu.

Sumini dan beberapa pengungsi lain masih berharap keajaiban, sehingga bahaya longsor bisa diatasi dan rumah-rumah mereka yang terancam bahaya pergerakan tanah tidak ikut rusak diterjang atau terseret longsor susulan.

Namun, mengingat kondisi rekahan yang semakin luas dan sebagian rumah mereka ikut retak, para pengungsi saat ini mengaku hanya bisa pasrah.

"Seluruh barang-barang berharga di rumah sudah dikemasi dan dievakuasi ke tempat aman. Kami tidak mau ambil risiko," kata Minarti, pengungsi lain.

Sejak terjadi peristiwa longsor pada Jumat (25/11) dan pemkab setempat membangun posko pengungsian di daerah dataran Desa Depok, warga praktis tak ada yang menempati rumah mereka saat mulai petang hingga pagi hari.

Warga juga mengungsi setiap kali terjadi turun hujan deras, karena khawatir terjadi longsor susulan.

"Sedikit tenang karena yang mengalami banyak warga, jadi seperti ada temannya yang senasib. Kalau sendiri paling sudah stres berat," ucapnya.

Camat Bendungan Nur Kholiq mengatakan, saat ini jumlah rumah terdampak tanah longsor atau pergerakan tanah di Desa Depok tercatat mencapai 32 unit, dengan tiga di antaranya ambruk total.

Ia memastikan seluruh warga yang terdiri dari 99 jiwa berada di area terdampak mengungsi di posko pengungsian yang disediakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinsosnaker Trenggalek.

"Kondisi rekahan sudah semakin parah, bahkan ada yang mencapai 15 centimeter dan memanjang sporadis sehingga mengancam pemukiman yang ada di bawahnya," kata Kholiq.

Ia mengatakan, hasil analisa tim lapangan merekomendasikan bahwa pemukiman di area terdampak sudah tidak layak ditempati.
 
"Kami sudah ajukan surat rekomendasi (relokasi) itu ke Pak Bupat," katanya.

Dikonfirmasi terpisah melalui pesan singkat, Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak mengatakan masih mempertimbangkan opsi relokasi bagi warga korban tanah longsor di Desa Depok tersebut.

"Kami memang saat ini mengkaji opsi program relokasi untuk titik-titik yang terjadi pergerakan tanah cukup masif," ujarnya.

Namun, Emil mengatakan kebijakan terkait penanggulangan bencana itu masih menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran.

"Untuk tahun depan yang kami anggarkan adalah program perbaikan rumah pascabencana tapi ya tentunya terbatas karena anggaran," katanya.

Emil tidak menjelaskan lebih lanjut terkait opsi lain langkah mitigasi maupun tanggap darurat bencana yang dilakukan apabila opsi relokasi tidak memungkinkan dilakukan secepatnya dan dalam waktu dekat sementara warga masih harus lebih lama berada di posko-posko pengungsian.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016