Surabaya (Antara Jatim) - Dua mahasiswa Jurusan Desain Produk Industri (Despro) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Andhika Dimas Dwiputra dan Freksa Arista Ihsan menyabet gelar Honorable Mention pada gelaran Michelin Challenge Design 2017 dengan membuat rancangan desain mobil balap.
"Ini merupakan pertama kalinya mengikuti ajang desain mobil. Tanpa disangka, mobil kami yang bernama Audi Ayrus bertengger di 20 besar finalis terbaik dari total 1.600 peserta yang berasal dari 80 negara, dan menjadi satu-satunya peserta yang mewakili Indonesia," kata Adhika Dimas Dwiputra di Surabaya, Kamis.
Dijelaskan Dimas, kompetisi ini sebenarnya telah ada sejak tahun 2002, namun, baru pada 2007 kompetisi ini menjadi terkenal di kalangan mahasiswa Despro.
"Kebetulan tahun kemarin ada senior yang ikut serta dalam kompetisi serupa, namun hanya bisa jadi finalis," ungkap pria asal Jakarta ini.
Sementara itu, rekan Dimas, Freksa Arista Ihsan menjelaskan, jenis mobil yang dikompetisikan merupakan mobil Lemans. Yakni sebuah mobil yang sudah umum di luar negeri untuk balapan, namun masih belum begitu familiar jika di Indonesia.
"Jadi balapannya 24 jam non-stop. Dalam kompetisi ini kita dituntut untuk menciptakan desain mobil yang bisa mendukung performanya," kata Aris.
Sesuai dengan tema, yakni the Design for the Win, kategori penilaian mengacu pada banyak hal seperti estetika, inovasi, pemecahan masalah, hingga kemampuan adaptasinya di masa depan.
"Kebetulan desain mobil yang diciptakan ini dikhususkan untuk tahun 2030. Di mana teknologi diprediksi sudah sangat maju,"katanya.
Aris menjelaskan, inovasi yang diusulkan adalah penggunaan ide levitasi. Di mana fungsi mesin sebagai penggerak utama ban akan dihilangkan. "Bisa dibilang mobil kita ini tidak memiliki mesin, hanya ada sistem magnet sehingga tanpa suspensi. Kita menggunakan sistem penggerak dinamo," ujarnya.
Sebab, lanjutnya, dalam merancang desain mobil harus diperhatikan detailnya guna mendapatkan kecepatan maksimal.
Dua mahasiswa Despro ini mengakui kegemaran dan minat dalam desain mobil, telah ada sejak SMA. Ketika masih belum menjadi seorang mahasiswa, mereka pun sudah akrab dalam hal merancang desain mobil.
"Tidak jauh-jauh, hobi kita juga di bidang otomotif. Kemudian kita gabung dengan kemampuan visual walau sebenarnya kami tidak terlalu paham perihal engineering-nya," ujar Dimas.
Ia pun berpesan, perusahaan industri mobil dapat lebih bersikap terbuka dengan generasi muda. Sebab menurutnya, jika hanya mengandalkan generasi mereka, Indonesia tidak akan bisa menjadi negara superior seperti negara lain.
"Mobil punya sendiri dan asli Indonesia itu sangat dibutuhkan, berkaca di Indonesia sangat banyak pengguna mobil," harapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Ini merupakan pertama kalinya mengikuti ajang desain mobil. Tanpa disangka, mobil kami yang bernama Audi Ayrus bertengger di 20 besar finalis terbaik dari total 1.600 peserta yang berasal dari 80 negara, dan menjadi satu-satunya peserta yang mewakili Indonesia," kata Adhika Dimas Dwiputra di Surabaya, Kamis.
Dijelaskan Dimas, kompetisi ini sebenarnya telah ada sejak tahun 2002, namun, baru pada 2007 kompetisi ini menjadi terkenal di kalangan mahasiswa Despro.
"Kebetulan tahun kemarin ada senior yang ikut serta dalam kompetisi serupa, namun hanya bisa jadi finalis," ungkap pria asal Jakarta ini.
Sementara itu, rekan Dimas, Freksa Arista Ihsan menjelaskan, jenis mobil yang dikompetisikan merupakan mobil Lemans. Yakni sebuah mobil yang sudah umum di luar negeri untuk balapan, namun masih belum begitu familiar jika di Indonesia.
"Jadi balapannya 24 jam non-stop. Dalam kompetisi ini kita dituntut untuk menciptakan desain mobil yang bisa mendukung performanya," kata Aris.
Sesuai dengan tema, yakni the Design for the Win, kategori penilaian mengacu pada banyak hal seperti estetika, inovasi, pemecahan masalah, hingga kemampuan adaptasinya di masa depan.
"Kebetulan desain mobil yang diciptakan ini dikhususkan untuk tahun 2030. Di mana teknologi diprediksi sudah sangat maju,"katanya.
Aris menjelaskan, inovasi yang diusulkan adalah penggunaan ide levitasi. Di mana fungsi mesin sebagai penggerak utama ban akan dihilangkan. "Bisa dibilang mobil kita ini tidak memiliki mesin, hanya ada sistem magnet sehingga tanpa suspensi. Kita menggunakan sistem penggerak dinamo," ujarnya.
Sebab, lanjutnya, dalam merancang desain mobil harus diperhatikan detailnya guna mendapatkan kecepatan maksimal.
Dua mahasiswa Despro ini mengakui kegemaran dan minat dalam desain mobil, telah ada sejak SMA. Ketika masih belum menjadi seorang mahasiswa, mereka pun sudah akrab dalam hal merancang desain mobil.
"Tidak jauh-jauh, hobi kita juga di bidang otomotif. Kemudian kita gabung dengan kemampuan visual walau sebenarnya kami tidak terlalu paham perihal engineering-nya," ujar Dimas.
Ia pun berpesan, perusahaan industri mobil dapat lebih bersikap terbuka dengan generasi muda. Sebab menurutnya, jika hanya mengandalkan generasi mereka, Indonesia tidak akan bisa menjadi negara superior seperti negara lain.
"Mobil punya sendiri dan asli Indonesia itu sangat dibutuhkan, berkaca di Indonesia sangat banyak pengguna mobil," harapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016