Surabaya (Antara Jatim) - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kembali membuka usulan kandidat atau peserta program tahunan "Soetandyo Award" dan "Soetandyo Scholarship" untuk memasyarakatkan pemikiran dan perjuangan Prof Soetandyo MPA.

"Ini tahun kedua setelah kami adakan pertama kalinya pada tahun 2015. Tahun ini, kami menerima usulan kandidat penerima 'Soetandyo Award' hingga 14 November, sedangkan 'Soetandyo Scholarship' hingga 8 November," kata Ketua Dewan Juri 'Soetandyo Award' Prof Ramlan Surbakti MA PhD di Surabaya, Rabu.

Didampingi panitia 'Soetandyo Award and Scholarship' (SAS) Prof Emy Susanti dan Joko Susanto, ia menjelaskan "award" itu biasanya diberikan kepada publik figur, namun FISIP Unair memberikan "award" kepada siapapun yang memiliki pemikiran dan perjuangan 'mendekati' Prof Soetandyo.

"Karena itu, kami menggabungkan dua kriteria kandidat penerima 'Soetandyo Award', yakni intelektual atau akademisi yang sekaligus praktisi yang sering terlibat dengan perjuangan akar rumput," kata Guru Besar Ilmu Politik FISIP Unair yang pernah menjadi 'asisten' Prof Soetandyo itu.

Bahkan, intelektualitas Prof Soetandyo itu "unik", yakni pejuang keadilan bagi rakyat kecil yang menerapkan 'integrated social sciences' (ilmu sosial yang saling menyapa), seperti ilmu hukum yang 'menyapa' sosiologi.

"Untuk itu, kami mengundang siapapun untuk mengusulkan nominasi kandidat penerima 'Soetandyo Award', baik mengusulkan dirinya sendiri maupun mengusulkan nama orang lain, asalkan memenuhi dua kriteria yang 'mendekati' Prof Soetandyo," katanya.

Senada dengan itu, panitia 'Soetandyo Award and Scholarship' (SAS) Prof Emy Susanti menambahkan "Soetandyo Scholarship" akan diberikan kepada 10 mahasiswa S1/S2 se-Indonesia yang menyusun skripsi/tesis dengan tema HAM, pluralisme, sosiologi hukum, keadilan, kebangsaan, dan masyarakat sipil.

"Beasiswa itu berupa bantuan dana untuk penyusunan skripsi atau tesis sejumlah Rp5 juta per orang. Tidak hanya untuk mahasiswa Unair, karena tahun pertama ada penerima beasiswa dari Aceh, Makassar, dan sebagainya. Caranya bisa menghubungi panitia lewat laman FISIP Unair," katanya.

Dalam sosialisasi "SAS" yang dirangkai dengan bedah buku "What Money Can't Buy: The Moral Limits of Markets" karya Michael J Sandel yang sering menjadi rujukan Prof Soetandyo, panitia SAS, Joko Susanto, mengatakan siapapun hendaknya tidak menoleransi hal prinsip dengan uang.

"Kita jangan memberi toleransi untuk menukar hal prinsip dengan uang, karena uang akan merusak hal prinsip itu. Untuk itu, hal-hal prinsip harus dipertahankan, meski semua orang mengkritik dengan mengaitkannya dengan HAM, karena uang sebagai denda pun akan merusaknya," katanya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016