Blitar (Antara Jatim) - Nelayan pantai selatan, tepatnya di Pantai Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menggelar larung sesaji yang dilakukan bertepatan di awal bulan Suro atau 1 Muharram 1438 Hijriah.
     
"Acara larung sesaji ini tradisi nenek moyang. Kami selenggarakan acara ini sebagai wujud syukur rezeki yang diberikan Tuhan," kata Kepala Desa Serang Handoko di Blitar, Minggu. 
     
Ia juga menambahkan, acara larung sesaji ini juga sebagai harapan agar nantinya hasil tangkapan para nelayan juga lebih meningkat. Dengan itu, kehidupan para nelayan bisa menjadi lebih baik.
     
Selain itu, kegiatan itu sebagai upaya untuk menolak berbagai bala atau bahaya. Di pantai selatan terkenal dengan ombak yang sangat tinggi, bahkan beberapa kali juga terjadi musibah warga terseret ombak dan ditemukan meninggal dunia.
     
Namun, pihaknya meyakinkan jika wisatawan berhati-hati dan mematuhi tata tertib atau imbauan tidak berenang di pantai, dipastikan saat berkunjung ke pantai semua aman. 
     
Sementara itu, Bupati Blitar Rijanto menambahkan larung sesaji ini sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun. Pihaknya juga menjadikan kegiatan ini sebagai potensi wisata untuk lebih mengenalkan pantai selatan.
     
"Di Kabupaten Blitar banyak objek wisata termasuk wisata pantai. Dengan acara larung sesaji, tentunya diharapkan ke depan wisata pantai akan semakin diminati masyarakat," katanya yang juga hadir dalam acara itu.
     
Selain itu, ia juga berharap para wisatawan juga mematuhi rambu-rambu saat berwisata di pantai. Ia berharap, ke depan tidak ada musibah dan berharap semua bisa selamat.
     
"Semua upaya ini, kami harapkan bisa selamat. Kalau kerja termasuk berwisata tidak ingin celaka inginnya selamat," harapnya.
     
Kegiatan itu diikuti ratusan nelayan pantai selatan. Selain nelayan di pantai itu, banyak wisatawan dari berbagai daerah yang juga ikut dalam acara larung sesaji tersebut. 
     
Para nelayan membawa dua gunungan raksasa yang isinya nasi lengkap dengan lauknya. Gunungan itu diarak dari bibir pantai lalu diangkut menggunakan kapal motor dibawa ke tengah pantai lalu ditenggelamkan ke tengah laut. 
     
Saat proses membawa gunungan itu, perahu hampir terbalik diterjang tingginya gelombang laut. Namun, pengemudi perahu dengan sigap membawa perahunya, sehingga bisa dengan leluasa mengaruhi lautan dan menenggelamkan dua gunungan yang dibawa itu.
     
Setelah proses penenggelaman selesai, perahu yang membawa gunungan kembali ke bibir pantai. Para nelayan setelahnya beraktivitas seperti di hari biasa, begitu juga dengan para wisatawan, menghabiskan waktu di pantai. (*)
     

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016