Jember (Antara Jatim) - Pakar geologi dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Dr Eko Teguh Paripurno mengingatkan kepada Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur tentang ancaman bahaya pertambangan di kabupaten setempat.
"Sejauh ini persoalan tambang selalu meninggalkan masalah dan belum ada catatan yang memiliki tendensi positif kepada masyarakat yang berada di sekitar lokasi tambang," katanya usai menjadi pembicara dalam Seminar Regional Pertambangan di auditorium Fakultas Teknik Universitas Jember di Jember, Jumat sore.
Forum Ketua Umum Pecinta Alam Jember menggelar seminar regional pertambangan bertema "Menimbang Tambang" dengan menghadirkan pakar geologi yang juga aktivis Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Dr Eko Teguh Pariourno dan mengundang Bupati Jember Faida, serta moderator akademisi sekaligus aktivis pencinta lingkungan Wahyu Giri, namun dalam seminar tersebut Bupati atau yang mewakilinya tidak datang,
"Memang belum ada risiko bencana yang terlihat dari tambang emas di Kecamatan Silo-Kabupaten Jember karena masih belum dilakukan eksplorasi, namun perlu kita lihat contoh Tambang Tumpang Pitu di Kabupaten Banyuwangi yang sudah mulai berdampak pada kerusakan lingkungan," tuturnya.
Ia mencontohkan kasus banjir lumpur di Pulau Merah merupakan salah satu bentuk ancaman kerusakan lingkungan yang berdampak pada sektor perikanan di kawasan Muncar yang menjadi daerah sentra perikanan di Kabupaten Banyuwangi.
"Saya ingin mengajak semua pihak untuk melihat sejumlah daerah yang sudah melakukan eksplorasi hingga eksploitasi tambang seperti di Kalimantan, sehingga dari daerah itu, kita bisa belajar banyak tentang dampak negatif yang sudah ditimbulkan pertambangan dan bukan menunggu pembuktian terbalik," ucap dosen yang pernah menjadi konsultan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
Eko menjelaskan sejarah panjang pertambangan di selatan Pulau Jawa sudah mulai tahun 1996-an dan ketika itu, ada dukungan Jepang untuk pemetaan mineral di selatan Jawa mulai dari zona di Taman Nasional Meru Betiri hingga Banten.
"Kalau kita lihat peta potensinya di jalur selatan Jawa merupakan zona mineralisasi, ada tambang emas di Tumpang Pitu Banyuwangi dan tambang emas di Kecamatan Silo-Kabupaten Banyuwangi, serta ada beberapa yang tersebar di banyak tempat," ujarnya.
Ia mengatakan risiko bencana disepanjang proses kegiatan pertambangan dapat terlihat hampir di seluruh Indonesia seperti tambang emas di Minahasa utara, batubara dan mineral logam lainnya di Pulau Kalimantan.
"Untuk itu, kami mengingatkan semua pihak terutama pemerintah pusat, provinsi, dan daerah untuk belajar banyak dari daerah yang sudah melakukan pertambangan. Jangan paksakan tambang sekarang karena teknologi kita belum mampu menjangkau hal itu," ucap pendiri Perkumpulan Komunitas Pencinta Alam Pemerhati Lingkungan (Kappala) Indonesia.
Sebelumnya Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten (Bappekab) Jember Edy Budi Susilo mengatakan Kecamatan Silo masuk dalam kawasan tambang sesuai dengan Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Jember.
"Berdasarkan UU Minerba, Perda RTRW Jatim dan Perda RTRW Jember memang ada potensi pertambangan di Jember, salah satunya di Kecamatan Silo," tuturnya.
Informasi yang beredar PT Aneka Tambang (Antam) sudah mengajukan izin eksplorasi tambang emas di Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016