Jember (Antara Jatim) - Kepala Seksi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Candra Birawa mengatakan program pendidikan gratis yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Jember belum mampu mempengaruhi turunnya laju inflasi di kabupaten setempat pada bulan Agustus 2016.

"Kebijakan pendidikan gratis yang dicanangkan oleh Pemkab Jember terhadap sekolah negeri ternyata belum berdampak pada laju inflasi bulan Agustus 2016 karena biaya pendidikan SD hingga SMA justru menjadi komponen penyumbang tertinggi inflasi di Jember," katanya dalam jumpa pers inflasi di Kantor BPS Jember, Jawa Timur, Jumat.

Berdasarkan data BPS Jember tercatat biaya pendidikan SMA memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,06 persen, kemudian biaya pendidikan SD menyumbang inflasi 0,05 persen, dan biaya pendidikan SMP menyumbang angka inflasi sebesar 0,05 persen.

"Pada bulan Agustus, komoditas yang mengalami kenaikan adalah biaya pendidikan mulai jenjang SD hingga SMA karena bertepatan dengan tahun ajaran baru untuk jenjang pendidikan tersebut," tuturnya.

Menurut dia Kabupaten Jember pada Agustus 2016 mengalami deflasi sebesar 0,30 persen yang dipicu karena tarif angkutan antar kota yang juga turun setelah momentum Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah.

"Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi di Jember yakni angkutan antar kota yang menyumbang deflasi 0,20 persen, daging ayam ras 0,13 persen, buah apel 0,07 persen, tarif kendaraan travel 0,04 persen, dan wortel sebesar 0,04 persen," katanya.       

Dari tujuh kelompok pengeluaran indeks harga konsumen, dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi yakni kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan.

Sedangkan lima kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yakni kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga; kelompok sandang; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kemudian kelompok makanan jdi, minuman, rokok, dan tembakau; serta kelompok kesehatan.

"Berdasarkan kelompok komponen, kelompok inti mengalami inflasi 0,36 persen dengan memberikan andil inflasi sebesar 0,20 persen, sedangkan kelompok yang diatur pemerintah mengalami deflasi 0,83 persen dengan memberikan sumbangan deflasi 0,16 persen, dan kelompok bergejolak mengalami deflasi 1,58 persen dengan memberikan andil deflasi 0,34 persen," tuturnya.

Dari delapan indeks harga konsumen (IHK) di Jawa Timur, tujuh kota mengalami deflasi dan satu kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Kediri sebesar 0,57 persen, diikuti Kota Madiun (0,52 persen), Kabupaten Sumenep (0,43 persen), Kabupaten Jember (0,30 persen), Kota Probolinggo (0,20 persen), Kabupaten Banyuwangi (0,14 persen), dan deflasi terendah di Kota Malang sebesar 0,03 persen.

Sedangkan inflasi di Jawa Timur terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,10 persen. Pada bulan Agustus 2016, Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,05 persen dan secara nasional juga mengalami deflasi 0,02 persen.(*)  

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016