Jember (Antara Jatim) - Peragaan  busana unik dan spektakuler, serta bernuansa budaya yang menghebohkan dunia  bertajuk "Jember Fashion Carnival" kembali digelar tahun ini di Kabupaten Jember, Jawa Timur, selama empat hari, 25-28 Agustus 2016.

Bertepatan dengan semangat Hari Ulang Tahun ke-71 Kemerdekaan Indonesia, tema utama yang diangkat dalam Jember Fashion Carnival (JFC) yakni "Revival" yang bermakna kebangkitan Indonesia di segala bidang untuk dunia.

Presiden JFC Dynand Fariz mengatakan tema yang diangkat dalam karnaval terbaik dan terheboh keempat di dunia itu, selaras dengan semangat kemerdekaan untuk bangkit mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

"Revival menjadi tema utama JFC ke-15 sebagai spirit kebangkitan Indonesia di tingkat dunia melalui karnaval yang menampilkan sebanyak 10 defile yang menggambarkan kebangkitan Indonesia dalam berbagai bidang," katanya.

Sebanyak 10 defile itu yakni (1) Garuda sebagai lambang negara Indonesia yang memberikan semangat kebangkitan nilai dan nasionalisme, sehingga menjadi kebanggaan Indonesia sebagai negara besar yang berdaulat.

Kemudian (2) defile Woods karena hutan memegang peranan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga dengan defile woods mengingatkan kita untuk menggaungkan pelestarian hutan dan bangkit melawan pembakaran hutan.

Defile ketiga Chandelier atau lampu hias mewakili kebangkitan transparansi informasi, (4) Refugees dihadirkan sebagai simbol kebangkitan nilai-nilai kemanusiaan global, (5) defile Paradisaea atau Cenderawasih yang menggambarkan semangat kebangkitan untuk menjaga kelestarian satwa langka.

Defile (6) Ocean yang mana Indonesia pada pemerintahan saat ini memprioritaskan untuk menjadi bangsa yang tangguh sebagai negara besar maritim, (7) Asian Games karena Indonesia saat ini mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Asian Games 2018, sehingga momentum yang tepat ketika JFC memberikan semangat kebangkitan olahraga dengan kostum Asian Games.

Selanjutnya (8) defile Hortus yang menggambarkan tanah subur di Indonesia menjadi modal untuk mengeksplorasi tanaman unggulan yang siap bangkit untuk berkompetisi, (9) defile Technocyber yang merupakan kebangkitan masyarakat untuk terus berinovasi di bidang teknologi.

"Defile terakhir yakni Barong yang merupakan kesenian dan kebudayaan Pulau Dewata yang harus dilestarikan. Barong Bali yang dikemas dalam kostum kreatif menjadi simbol yang menyemangati kebangkitan seni budaya Indonesia," katanya.

JFC telah berhasil meraih peringkat empat dunia untuk karnaval terunik dan terheboh setelah Mardi Gras (Amerika Serikat), Rio De Jeneiro (Brazil), dan The Fastnacht (Koln, Jerman).

JFC ke-15 juga diramaikan dengan sosialisasi Asian Games dengan penampilan talent atau peserta sebanyak 40 orang yang menggunakan kostum olahraga yang dikemas apik nan cantik seperti olahraga bulutangkis, panahan, dan hanggar. 

Sekretaris Jenderal Inasgoc atau Panitia Pelaksana Asian Games Indonesia, Sylviana Murni mengatakan pihaknya sengaja turut berpartisipasi dalam JFC ke-15 untuk mensosialisasikan kegiatan Asian Games yang akan digelar pada tahun 2018 di Jakarta-Palembang nanti. 

"Asian Games dengan JFC ke-15 memiliki semangat sama, yakni kebangkitan, sehingga diharapkan kebangkitan Indonesia untuk menyambut Asian Games pada tahun 2018, apalagi Indonesia sebagai tuan rumah," katanya.

Selain ikut berperan menjadi defile, pihak Inasgoc juga menyediakan "wall of fame" bertajuk 'Energy of Asia' sebagai arena penonton karnaval untuk berfoto ria dengan atmosfer pesta olahraga bangsa Asia, sehingga diharapkan menjadi "demam" Asian Games.

"Kami memanfaatkan momentum JFC yang dihadiri ribuan masyarakat baik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk mempromosikan dan mensosialisasikan Asian Games 2018 kepada masyarakat luas," tuturnya.

Kebangkitan Kreativitas Anak Bangsa

Kegiatan JFC yang diagendakan setiap tahun di Jember itu juga mengasah kreativitas peserta untuk membuat kostum yang unik nan spektakuler sesuai dengan tema defile yang ditentukan pihak panitia.

Tak heran bila sejumlah peserta saling berkompetisi membuat desain kostum yang terbaik dan dapat menghipnotis penonton, bahkan tak jarang peserta harus merogoh koceknya dalam-dalam untuk membuat kostum yang sangat luar biasa indahnya.

Seperti yang dilakukan oleh Faradisya Ashari, peserta dari defile Barong yang menghabiskan dana sekitar 20 juta untuk membuat kostum Barong dengan sayap yang cukup megah tersebut.

"Memang banyak ornamen ukiran kayu yang dibuat untuk kostum Barong Tengkar Putri itu dan banyak membutuhkan kaca-kaca yang harganya juga lumayan, namun ide desain itu saya buat sedemikian rupa, agar menarik," tutur mahasiswa yang kuliah di Universitas Muhammadiyah itu.

Dana yang tidak sedikit untuk membuat kostum Barong dengan sentuhan artistik itu juga didapat dari menyewakan kostum yang dimiliki Faradisya karena mahasiswa jurusan Fakultas Ekonomi itu memiliki tiga kostum dari agenda Banyuwangi Ethno Carnaval.

"Selama Agustusan ini banyak yang menyewa kostum saya, sehingga hasil dari sewa itu saya gunakan tambahan dana untuk membuat kostum Barong pada JFC tahun ini. Saya cukup puas dengan hasil kostum yang saya buat dengan bantuan beberapa kerabat keluarga," ujarnya.

Salah satu orang tua peserta JFC defile Hortus, Honest Doddy Moelasy mengatakan kreativitas yang dibuat oleh ratusan peserta JFC memang harus dibayar mahal, namun kreativitas tersebut sebenarnya lebih mahal dibandingkan uang yang dikeluarkan untuk membeli bahan kostum.

"Saya sangat mendukung anak saya yang ikut JFC Kids karena dia memiliki bakat di bidang fashion, meskipun dana yang dikeluarkan untuk membuat kostum defile Hortus tidak sedikit," tuturnya.

Ia menilai kreativitas peserta untuk membuat kostumnya sendiri dengan sentuhan seni menjadi sesuatu hal yang tidak ternilai harganya karena kegiatan JFC yang dinilai cukup positif dapat mengasah kreativitas anak-anak dan generasi muda.

"Kegiatan JFC cukup positif untuk memberikan ruang kepada anak-anak dan generasi muda menciptakan maha karya busana yang didesain dengan unik nan apik, sehingga mereka memiliki kreativitas yang luar biasa," ucap Honest yang juga dosen di FISIP Universitas Jember itu.

Kreativitas yang luar biasa dari kostum peserta JFC juga diakui oleh sejumlah wisatawan asing seperti yang disampaikan oleh Francis Couturier asal Perancis yang mengaku takjub dengan keindahan kostum peserta JFC.

"Luar biasa kostum yang digunakan para peserta JFC dan karnaval yang ada di Jember tidak kalah bagusnya dengan karnaval di Rio de Jeneiro Brasil yang sudah tersohor itu," tuturnya.

Ia menilai perpaduan kostum yang unik dengan tidak meninggalkan budaya Indonesia menjadi sesuatu yang menarik dan dapat dilihat di wisata karnaval yang dipelopori oleh Dynand Fariz itu.

"Saya baru pertama kali melihat JFC di Jember dan kesan saya sangat luar biasa karena sama bagusnya dengan karnaval di Rio de Jeneiro. Mudah-mudahan saya bisa datang ke Jember tahun depan untuk melihat JFC," katanya.

Keberhasilan JFC menjadi ikon karnaval modern Indonesia yang telah membawa Kabupaten Jember dikenal di dunia dan menginspirasi kota-kota lain untuk menyelenggarakan karnaval serupa diharapkan menjadi "virus" kebangkitan untuk kota-kota lain di Indonesia.

Semangat JFC dengan tema "Revival" atau Kebangkitan akan menjadi inspirasi untuk bangkit dan terus berkarya demi mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia internasional.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016