Beberapa hari terakhir, pemberitaan media diramaikan dengan adanya banjir lumpur di Pantai Pulau Merah yang menjadi salah satu andalan destinasi wisata Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Banjir lumpur akibat erosi pembukaan lahan di kawasan Bukit Tumpang Pitu sebagai lokasi penambangan emas itu juga menyebabkan terjadinya sedimentasi di Sungai Katak hingga ke muara di Pantai Pulau Merah, bahkan banjir lumpur menggenangi rumah warga yang tak jauh dari lokasi setempat.
Bencana ekologis itu tak hanya berpengaruh buruk terhadap denyut pariwisata di kaki Gunung Tumpang Pitu, tetapi juga berdampak pada pertanian, yakni kurang lebih 300 hektare ladang jagung mengalami gagal panen.
"Bencana banjir lumpur di Tumpang Pitu hingga Pulau Merah adalah tanda dini dari bencana ekologis lainnya yang bisa muncul di masa mendatang. Itu sebagai alarm ekologis," ucap aktivis Banyuwangi Forum For Environmental Learning (BaFFEL) Rosdi Bahtiar Martadi dalam petisi terbuka kepada Presiden Joko Widodo.
"Yang terjadi di perairan Pulau Merah bukan pencemaran karena kami belum melakukan aktivitas pertambangan, namun karena faktor alamiah," kilahnya. Secara alami, lanjutnya, ketika turun hujan material ataupun lumpur yang berasal dari daerah hulu akan terbawa sampai ke hilir dan hal itulah yang terjadi di Pulau Merah yang tergenang banjir lumpur dan menjadi keruh.
Berdasarkan data, curah hujan yang turun tiga minggu terakhir ini di daerah Pulau Merah rata-rata mencapai 200 milimeter dan jumlah itu melampaui kondisi normal yang mencapai kurang lebih 47 mm, sehingga terjadi sedimentasi di muara Pulau Merah.
Namun, bencana yang menohok lokasi wisata andalan di kabupaten berjuluk "Sunrise of Java" tersebut tak urung membuat Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas pun meradang, bahkan bupati yang akrab disapa Anas itu langsung mengirimkan sendiri surat teguran kepada PT BSI.
"Ini pertama kalinya saya kirim sendiri surat teguran, sejak saya menjabat sebagai bupati. Biasanya surat teguran diantar staf terkait kepada pihak lain yang tidak mematuhi aturan," tutur Bupati Anas, serius.
PT BSI baru menyelesaikan pembangunan tiga dam dari enam dam sesuai dengan dokumen amdal, sehingga saat hujan deras yang mengguyur Banyuwangi beberapa hari lalu, maka lumpur dan sampah terbawa hingga ke hilir, termasuk ke Sungai Katak yang membawanya hingga ke Pantai Pulau Merah.
Ya, siapapun tentu akan tergiur melihat harta karun tambang emas yang tersembunyi di Gunung Tumpang Pitu karena berdasarkan penelitian, di Pulau Merah itu istimewa karena kandungan emasnya dinilai terbaik di dunia, bahkan bebatuan yang ada di sana bagaikan laboratorium alam yang luar biasa yang bisa disaksikan langsung.
Para aktivis lingkungan sudah dengan tegas meneriakkan "Manusia Bisa Hidup Tanpa Emas, Tapi Tidak Tanpa Air". Slogan itu memiliki makna penting untuk penyelamatan lingkungan di Bumi Blambangan sebelum semuanya terlambat.
Kini, tinggal menunggu ketegasan pihak lain untuk memilih pariwisata yang berjangka panjang atau tambang emas yang berjangka pendek, kendati pundi-pundi emas dari eksploitasi harta karun yang mengancam lingkungan pantai selatan yang eksotis itu cukup menyilaukan. (*).
"Save Pulau Merah....!!!" (*).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016