Kediri (Antara Jatim) - Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menginginkan agar olahraga pacuan kuda tetap dilestarikan, sebab mempunyai dampak yang positif di antaranya sarana olahraga serta edukasi bagi masyarakat.

"Di Kediri, dulunya banyak kuda yang dimanfaatkan sebagai alat transportasi, namun saat ini keberadaan hewan ini sudah mulai tersisih dengan berbagai peralatan mekanik. Jadi, sekarang perlu melestarikan kembali, jangan sampai adat itu hilang. Di Kediri, pacuan kuda juga jarang," katanya ditemui dalam kegiatan kejuaraan tingkat nasional pacuan kuda di GOR Jayabaya, Kediri, Jawa Timur, Sabtu. 

Lebih lanjut, Wali Kota menambahkan adanya pacuan kuda bisa dimanfaatkan sebagai sarana olahraga maupun edukasi. Masyarakat tidak terlalu tergerus dengan berbagai kemajuan teknologi.
     
"Harapannya bisa memberikan warna di Kota Kediri. Banyak peserta datang, termasuk dari Sulawesi, Manado juga ada. Pacuan kuda bisa sebagai sarana edukasi bagi masyarakat," tuturnya.

Namun, ia mengakui terkait dengan fasilitas lapangan pacuan kuda masih kurang optimal. Untuk sementara waktu memanfaatkan fasilitas yang ada. Pemerintah kota belum berencana untuk menambah ataupun lebih memperbaiki untuk fasilitas di lapangan yang dijadikan sebagai tempat pacuan kuda itu.

Sebanyak 95 ekor kuda dari berbagai jenis bertarung dalam kejuaraan tingkat nasional pacuan kuda yang diselenggarakan di Kota Kediri.
     
"Ada 95 ekor kuda dari berbagai daerah, misalnya Madura, Kabupaten Kediri, termasuk Surabaya. Bahkan ada yang dari Jawa Tengah," kata Ziono, salah seorang panitia acara tersebut.

Ia mengatakan, dari puluhan ekor kuda itu, mereka akan diikutkan lomba. Ada sebanyak 18 kelas yang dilombakan dengan berbagai kelas, misalnya 700 meter, 1.800 meter, bahkan ada yang sampai 2.000 meter.

Ia menambahkan, kegiatan pacuan kuda di Kota Kediri sudah digelar tiga kali ini, namun sebenarnya ada yang harus diperbaiki, yaitu lapangan yang digunakan sebagai tempat bertanding.
     
Di lokasi lapangan ini dinilai masih kurang ideal dari ukuran lapangan seharusnya. Di lapangan ini, luasnya hanya 700 meter, padahal dibutuhkan setidaknya 1.200 meter luas lapangan ideal sebagai tempat pacuan kuda.
     
Selain itu, kondisi tanah juga keras. Hal itu membuat joki atapun kuda jika terjatuh bisa terluka. Untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan, seharusnya di lapangan ditambah dengan pasir. 
     
Namun, ia menambahkan sudah memberikan masukan ini ke pemerintah kota. Pihaknya berharap dalam kompetisi ke depan lapangan yang digunakan untuk pertandingan menjadi lebih baik lagi. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016