Malang (Antara Jatim) - Laboratorium Prodia menargetkan mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia pada 2018, sebab saat ini masih ada empat provinsi yang belum dijangkau laboratorium tersebut.
Direktur Utama Laboratorium Prodia, Dr Dewi Muliaty di Malang, Sabtu mengatakan saat ini masih ada empat provinsi yang belum terjangkau Prodia, yakni Papua, Papua Barat, Kalimantan Utara (Kaltara), dan Bengkulu. "Paling tidak pada 2018, seluruh provinsi di Indonesia sudah terlayani fasilitas kesehatan yang nyaman dan representatif," katanya di sela peresmian Prodia Health Care Malang, Jawa Timur.
Ia mengakui untuk membuka akses layanan kesehatan seperti yang dilakukan Prodia Laboratorium harus menghitung adanya keseimbangan antara sisi bisnis dan pendekatan ilmiah. "Tahun depan mungkin kami membuka di Kaltara, sedangkan di Sorong dan Jayapura tahun 2018, serta beberapa daerah lain yang belum," ujarnya.
Menurut dia, dibanding dengan kawasan Asia Tenggara, bahkan Jepang dan Australia, keberadaan Laboratorium Prodia paling banyak. Dua negara yang menjadi pesaing terkait jumlah laboratorium kliniknya hanya India dan Tiongkok. "Laboratorium kita merupakan yang terbesar dan terbaik layanannya," ujarnya.
Menyinggung jenis penyakit yang paling banyak ditangani dan diderita pasien, Dewi mengatakan penyakit metabolik, seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan jantung koroner. Oleh karena itu, saat ini Prodia menfokuskan diri pada pencegahan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi.
Ia mengatakan saat ini Prodia Health Care lebih menitikberatkan pada layanan "wellness" untuk membantu masyarakat Indonesia mencapai sehat seutuhnya. Layanan Prodia Health Care ini nantinya akan mengidentifikasi risiko seseorang terhadap penyakit metabolik, seperti diabetes militus, jantung koroner, serta hipertensi.
Oleh karena itu, lanjutnya, Prodia Health Care hadir dengan konsep berbeda sebagai laboratorium klinik, karena akan menyediakan layanan dokter umum, dokter spesialis gizi klinik atau nutrisionis untuk membantu diet dan permasalahan dalam olahraga.
Selain itu, pelayanan klinik dilengkapi juga dengan pemeriksaan EKG, Treadmill, Rontgen, Audiometri, Spirometri, dan USG. Untuk layanan konsultasi, Klinik Prodia Health Care juga menyediakan konsultasi dokter umum, dan ahli gizi. "Kami juga menambah kelengkapan untuk vaksin dengan disediakannya vaksin Hepatitis A, Hepatitis B, Influenza, dan Human Papillomavirus," urainya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Dr dr Asih Tri Rachmi Nuswantari mengatakan dalam beberapa tahun terakhir ini mulai ada pergeseran penyakit yang diderita pasien. Sebelum tahun 2013, penyakit metabolik menempati urutan 10 besar, namun pada 2013 hingga 2015 mulai bergeser pada penyakit degeratif.
"Pergeseran jenis penyakit yang diderita pasien ini kemungkinan karena faktor usia dan gaya hidup," kata Asih.
Dalam rangkaian peresmian gedung baru Prodia Health Care Malang tersebut, masyarakat diberikan kesempatan untuk memeriksakan kesehatannya dengan potongan biaya sebesar 20 persen. Potongan biaya tersebut berlaku pada 22-24 Agustus 2016.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Direktur Utama Laboratorium Prodia, Dr Dewi Muliaty di Malang, Sabtu mengatakan saat ini masih ada empat provinsi yang belum terjangkau Prodia, yakni Papua, Papua Barat, Kalimantan Utara (Kaltara), dan Bengkulu. "Paling tidak pada 2018, seluruh provinsi di Indonesia sudah terlayani fasilitas kesehatan yang nyaman dan representatif," katanya di sela peresmian Prodia Health Care Malang, Jawa Timur.
Ia mengakui untuk membuka akses layanan kesehatan seperti yang dilakukan Prodia Laboratorium harus menghitung adanya keseimbangan antara sisi bisnis dan pendekatan ilmiah. "Tahun depan mungkin kami membuka di Kaltara, sedangkan di Sorong dan Jayapura tahun 2018, serta beberapa daerah lain yang belum," ujarnya.
Menurut dia, dibanding dengan kawasan Asia Tenggara, bahkan Jepang dan Australia, keberadaan Laboratorium Prodia paling banyak. Dua negara yang menjadi pesaing terkait jumlah laboratorium kliniknya hanya India dan Tiongkok. "Laboratorium kita merupakan yang terbesar dan terbaik layanannya," ujarnya.
Menyinggung jenis penyakit yang paling banyak ditangani dan diderita pasien, Dewi mengatakan penyakit metabolik, seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan jantung koroner. Oleh karena itu, saat ini Prodia menfokuskan diri pada pencegahan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi.
Ia mengatakan saat ini Prodia Health Care lebih menitikberatkan pada layanan "wellness" untuk membantu masyarakat Indonesia mencapai sehat seutuhnya. Layanan Prodia Health Care ini nantinya akan mengidentifikasi risiko seseorang terhadap penyakit metabolik, seperti diabetes militus, jantung koroner, serta hipertensi.
Oleh karena itu, lanjutnya, Prodia Health Care hadir dengan konsep berbeda sebagai laboratorium klinik, karena akan menyediakan layanan dokter umum, dokter spesialis gizi klinik atau nutrisionis untuk membantu diet dan permasalahan dalam olahraga.
Selain itu, pelayanan klinik dilengkapi juga dengan pemeriksaan EKG, Treadmill, Rontgen, Audiometri, Spirometri, dan USG. Untuk layanan konsultasi, Klinik Prodia Health Care juga menyediakan konsultasi dokter umum, dan ahli gizi. "Kami juga menambah kelengkapan untuk vaksin dengan disediakannya vaksin Hepatitis A, Hepatitis B, Influenza, dan Human Papillomavirus," urainya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Dr dr Asih Tri Rachmi Nuswantari mengatakan dalam beberapa tahun terakhir ini mulai ada pergeseran penyakit yang diderita pasien. Sebelum tahun 2013, penyakit metabolik menempati urutan 10 besar, namun pada 2013 hingga 2015 mulai bergeser pada penyakit degeratif.
"Pergeseran jenis penyakit yang diderita pasien ini kemungkinan karena faktor usia dan gaya hidup," kata Asih.
Dalam rangkaian peresmian gedung baru Prodia Health Care Malang tersebut, masyarakat diberikan kesempatan untuk memeriksakan kesehatannya dengan potongan biaya sebesar 20 persen. Potongan biaya tersebut berlaku pada 22-24 Agustus 2016.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016