Jombang (Antara Jatim) - Ulama dan Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang KH Abdul Hakim Mahfudz menegaskan santri sebagai pemilik masa depan harus membuat sejarah, sehingga ikut berkontribusi memberikan berbagai pemikirannya demi masa depan bangsa. 
     
KH Abdul Hakim mengungkapkan, perjuangan kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama, kaum terdidik dan elemen pondok pesantren. Walaupun kemerdekaan diperjuangkan oleh semua elemen bangsa, gagasan-gagasan utamanya dibentuk dan didorong oleh lapisan masyarakat yang berkesempatan meraih pendidikan pada masa itu. Karena itu, santri sebagai pemilik masa depan harus mampu membuat sejarah.
     
"Generasi terdahulu telah berhasil secara gemilang menggulung kolonialisme. Kini giliran kita untuk meneruskan kerja sejarah bangsa ini. Peringatan 71 tahun kemerdekaan ini adalah pengingat dan penanda bagi kita semua untuk bekerja semakin keras dalam mengisi kemerdekaan," ungkapnya di hadapan peserta upacara di lingkungan PP Tebuireng, Jombang, dalam peringatan Hari Kemerdekaan ke-71 RI, Rabu.
     
Menurut pria yang akrab dipanggil Gus Kikin ini, kemerdekaan digagas dan diperjuangkan bukan hanya untuk menggulung kolonialisme. Lebih dari itu, kemerdekaan dimaksudkan untuk meraih kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
     
Selain kunci penting kemerdekaan, pendidikan juga menjadi kunci penting untuk meraih kemajuan bangsa. Untuk itu, pondok pun juga terus mendukung para santri untuk berjuang semaksimal mungkin dalam belajar. 
     
"Dengan keterdidikan, nantinya bisa meraih kemajuan dan membuat bangsa ini lebih dari sekadar sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju," katanya. 
     
Gus Kikin juga mengajak seluruh santri dan guru, khususnya di lingkungan PP Tebuireng untuk bekerja keras menyiapkan generasi emas Indonesia pada 2045. Ia meminta agar guru mendidik muridnya dengan hati. 
     
"Bagi para guru, mendidiklah dengan hati dan sepenuh hati, dengan keluhuran budi pekerti dan  keluasan pengetahuan, agar bisa menginspirasi dan menjadi teladan bagi generasi yang akan datang," pesannya.
     
Selain berpesan pada guru, Gus Kikin juga berpesan pada para murid agar menjadi generasi penerus yang dapat membawa kejayaan bagi bangsa di masa depan. Walaupun sudah berkiprah di berbagai tempat, diharapkan para santri nantinya tetap menjunjung tinggi nilai-nilai pesantren, khususya di PP Tebuireng, Jombang. 
     
Dalam kesempatan tersebut, Gus Kikin juga memberikan apresiasi dan hadiah kepada dua pelajar PP Tebuireng, Jombang yang telah mengharumkan nama Indonesia di ajang International Mathematics Contest di Singapura (IMC Singapore). 
     
Pelajar itu adalah Himmayatussorofil Maulida, siswi SMA Trensains Tebuireng yang meraih medali emas dalam ajang bergengsi tersebut dan Sinergy Muharram, siswa Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng yang juga meraih medali merit.
     
Ajang bergengsi tersebut digelar pada 29 Juli-1 Agustus 2016 diikuti 11 negara, antara lain Indonesia, Tiongkok, Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Filipina, Korea, Thailand, Iran, Singapura dan Vietnam.
     
Sementara itu, di lingkungan Pesantren Tebuireng itu ada sekitar 4.000 santri dan 430 orang yang terdiri dari para guru dan karyawan. Mereka juga mengikuti upacara hingga akhir. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016