Bojonegoro (Antara Jatim) - Petani di Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang tanahnya berada di sekitar semburan lumpur bercampur air masih belum berani menanam bawang merah karena pengaruh air tampungan tercampur dengan air dari semburan.
    
Sekretaris Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, Bojonegoro Lepari, di Bojonegoro, Selasa, menjelaskan, petani yang tanahnya di sekitar semburan di desanya sampai sekarang ini masih belum berani menanam bawang merah.
    
Padahal, lanjut dia, para petani yang tanahnya di sekitar lokasi semburan sudah banyak yang panen tanaman bawang merah.
    
"Biasanya setelah panen bawang merah ya kembali menanam bawang merah lagi. Petani belum berani menanam bawang merah karena takut air di tampungan tercampur air semburan," katanya menegaskan.
    
Meski demikian, lanjut dia, petani tanahnya jauh jauh dari semburan lumpur sudah ada yang kembali menanam tanaman palawija karena tidak membutuhkan air di dalam tampungan.
    
Sesuai data, katanya, tanah pertanian di sekitar lokasi semburan sekitar 20 hektare, di antaranya, sekitar 5 hektare biasa ditanami tanaman bawang merah. Selama ini tanaman bawang merah di desanya itu mengandalkan air dari tampungan.
    
"Harapan kami ada penanganan dari pemerintah kabupaten (pemkab) agar air yang keluar dari semburan tidak masuk ke dalam tampungan air yang biasa dimanfaatkan untuk mengairi tanaman bawang merah," paparnya.
    
Ia menambahkan tanaman bawang merah di desanya merupakan tanaman yang menjadi andalan petani karena secara ekonomi menguntungkan.
    
"Saat ini harga bawang merah di desa kami berkisar Rp15.000-Rp18.000 per kilogram," tambahnya.
    
Sekretaris Kecamatan Gondang, Bojonegoro Basuki, menjelaskan air bercampur lumpur yang keluar dari lokasi semburan di lima titik masih tetap stabil sejak diketahui warga pada 22 Juli lalu.
    
Karena lokasi semburan di kemiringan, katanya, air dari semburan langsung masuk ke tampungan yang jaraknya sekitar 3 kilometer.
    
"Debit air bercampur lumpur yang keluar dari semburan stabil sekitar 1 liter per detik," ujarnya.
    
Kepala Bidang Pengkajian dan Laboratorium Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkab Bojonegoro Hari Susanto, menyatakan hasil uji laboratorium contoh air yang diambil dari semburan Krondonan belum selesai.
    
"Sampai hari ini hasil uji laboratorium kandungan air di Surabaya belum selesai," tambahnya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016