Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) Kenny Jeremia S.Si menemukan bakteri dan jamur di kawah Gunung Ijen yang dapat dimanfaatkan bahan pengganti molase untuk pembuatan etanol (energi terbarukan) dalam industri energi.

"Dalam industri energi, etanol seringkali dibuat dengan molase (produk sampingan dari industri gula yang masih memiliki kadar gula), namun penggunaan molase seringkali bersaing antara industri energi dan industri pangan," katanya di Laboratorium Bioteknologi Ubaya, Selasa.

Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Teknobiologi Ubaya dari angkatan 2011 itu menjelaskan bakteri dari kawah Ijen yang memiliki kadar asam hingga PH: 0 (nol) itu dapat menjadi alternatif untuk menggantikan molase dalam pembuatan etanol dalam industri di sektor energi.

"Kawah Ijen merupakan danau kawah yang bersifat asam dan dikenal sebagai danau air sangat asam terbesar di dunia dengan nilai pH: 0, tapi kalau danau dengan kadar basa terbesar di dunia ada di Amerika, karena itu banyak peneliti yang datang ke Kawah Ijen," katanya.

Namun, katanya, penelitian yang ada di Kawah Ijen selama ini hanya sekadar tingkat keasaman yang terbesar di dunia, sedangkan penelitian hingga menemukan adanya mikro-organisme yang menunjukkan adanya kehidupan dengan kadar asam tertinggi itu belum ada.

"Apalagi, kalau hingga aplikasi dari penelitian itu dalam dunia industri, rasanya belum ada. Saya menemukan kehidupan dalam bentuk archaea (bakteri) dan fungi (jamur) dalam tingkat keasaman paling tinggi di dunia itu melalui analisa DNA," ujar pria kelahiran Surabaya, 14 November 1993.

Semula, katanya, dirinya hanya penasaran dengan kondisi keasaman yang nol itu dan menduga-duga ada-tidaknya kehidupan di dalamnya, karena besi saja bisa larut dalam keasaman tinggi, lalu dirinya melakukan analisa DNA dan ternyata menemukan bakteri dan jamur khusus yang hanya hidup di Kawah Ijen.

"Dari situ, saya melanjutkan penelitian ke laboratorium untuk menjajaki kemungkinan pemanfaatan bakteri Ijen. Akhirnya, saya mencoba bakteri Ijen itu untuk mengubah limbah jerami menjadi energi terbarukan, karena struktur jerami yang cukup rumit dan hanya bisa dilarutkan dengan PH asam," tuturnya.

Secara terpisah, dosen pembimbing Kenny, yakni Drs. Mangihot Tua Goeltom, M.Sc., menilai penelitian Kenny itu sangat menarik, karena dia sendiri tidak menyangka pada kondisi yang sangat ekstrem seperti di Kawah Ijen dapat ditemukan kehidupan berupa bakteri yang dapat digunakan mengekstraksi limbah jerami.

"Harapan saya, penelitian ini dapat juga digunakan menemukan kehidupan di tempat-tempat ekstrem lainnya dan dieksplorasi kemampuan apa saja yang dapat berguna bagi masyarakat, seperti bakteri Ijen yang dapat menjadi pengganti molase dalam industri itu," ujarnya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016