Bojonegoro (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, masih menunggu hasil uji laboratorium contoh semburan air bercampur lumpur yang keluar di lima titik di Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, untuk melakukan penanganan.
    
"Kami belum menangani semburan air bercampur lumpur di Krondonan karena masih menunggu hasil kandungan uji laboratorium contoh air yanng keluar dari semburan," kata Kepala BPBD Bojongoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Senin.
    
Dengan demikian, menurut dia, BPBD belum bisa mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi semburan air bercampur lumpur di Krondonan kalau belum ada hasil uji laboratorium.
    
"Kalau memang hasil kandungan airnya membahayakan kami sudah siap melakukan berbagai langkah penangan. Termasuk kemungkinan memisahkan air dengan lumpur," jelas dia.
    
BPBD, lanjut dia, bersama Badan Lingkungan Hidup (BLH) sudah mendatangi lokasi semburan air bercampur lumpur di Krondonan, Kecamatan Gondang, pada 25 Juli.
    
Pada kesempatan itu, katanya, air yang keluar dari semburan diambil untuk dikirim ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Mojokerto.
    
Menurut dia, lokasi semburan di Krondonan tetap perlu diwaspadai, karena yang keluar dari semburan di lima titik, selain air bercampur lumpur, juga gas.
    
"Ada bau belerang yang menyengat. Selain, air yang keluar dari semburan panas," ucapnya menegaskan.
    
Kepala Bidang Pengkajian dan Laboratorium BLH Pemkab Bojonegoro Hari Susanto, menyatakan hasil uji laboratorium contoh air semburan yang dikirim ke UPT Laboratorium Lingkungan BLH Mojokerto belum selesai.
    
"Kami juga masih menunggu hasilnya," ujarnya.
    
Tapi, katanya, dari hasil pengukuran langsung dilakasi yaitu gas NO2 (Nitrogen) yang keluar dari semburan di atas ambang batas dengan hasil 0,63 ppm.
    
Berdasarkan Keputusan Bapedal No. 107 tahun 1997 tentang  Perhitungan dan Pelaporan Indeks Standar Pencemaran Udara yaitu 400 ug/meter kubik/0,2 ppm dan ditemukan gas Cl2 sebesar 0,001 persen.
    
"Kandungan gas Cl2 masih di bawah ambang batas yang ditentukan. Tapi kalau gas No2 dihirup langsung berbahaya bagi manusia," paparnya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016