Bojonegoro (Antara Jatim) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo mengatakan semburan lumpur  bercampur air panas di lima titik di Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, sejak Jumat (22/7) bisa berhenti sendiri.
    
"Semburan lumpur bercampur air di Krondonan bisa berhenti sendiri, karena tidak jauh dari lokasi setempat juga pernah ada kejadian serupa kemudian berhenti," kata Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Selasa.
    
Meski demikian, katanya, BPBD tetap akan mengamankan semburan lumpur yang keluar bersama air panas setelah ada rekomendasi dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Dinas ESDM.
    
"Kami masih menunggu hasil survei BLH dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait semburan Krondonan," katanya, menegaskan.
    
Ia yang sudah datang ke lokasi semburan Krondonan mengaku tidak tahu pasti besarnya debit lumpur yang keluar bersama air panas itu.
    
Tapi, ia memperkirakan debit air dengan suhu sekitar 60 derajat celsius yang keluar dari semburan yang berada di atas bukit dengan kemiringan cukup tajam itu sekitar 1 liter per detik.      "Air semburan itu masuk ke tempat penampungan air yang selama ini biasa dimanfaatkan warga untuk mengairi tanaman bawang merah," ucapnya.
    
Dari pendataan yang dilakukan tampungan air semacam embung di bawah lokasi semburan dengan jarak sekitar 3 kilometer biasanya dimanfaatkan warga untuk mengairi tanaman bawang merah sekitar 20 hektare.
    
Oleh karena itu, menurut dia, pengamanan semburan yang akan dilakukan yaitu memisahkan air dengan lumpur dengan cara membuat lokasi penampungan lumpur."Lumpurnya ditampung sedangkan airnya masuk ke penampungan yang airnya biasa dimanfaatkan warga," tandasnya.
    
Menurut dia, lokasi semburan lumpur bercampur air panas di Krondonan berada di atas tanah Perhutani dan berjarak lebih dari 3 kilometer dari pemukiman warga.  
    
"Kalau memang rekomendasi BLH dan ESDM semburan Krondonan harus diamankan ya segera kita kerjakan," tegas dia.
    
Pakar Geologi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" (UPNV) Yogyakarta Dr. Jatmika Setiawan menyatakan hal senada bahwa semburan lumpur bercampur air panas yang keluar di Krondonan bisa berhenti sendiri.
    
"Yang keluar sebenarnya gas metan, juga gas lainnya. Tapi karena sekarang masih musim hujan maka juga ada air yang keluar," tegasnya.
    
Ia menambahkan semburan di Krondonan itu tidak jauh berbeda dengan semburan lumpur bercampur air di Desa Jari, juga di Kecamatan Gondang, sejak 7 April lalu.
    
"Kalau dinyalakan bisa menyala sehingga bisa menjadi objek wisata Kahyangan Api seperti Kahyangan Api di Kecamatan Ngasem," tambahnya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016