Biasanya, Tahun Ajaran Baru dimulai dengan masa orientasi siswa (MOS) yang dilakukan oleh OSIS. Beragam acara dilakukan panitia, bahkan kegiatan itu bisa mengarah hingga ke praktik perpeloncoan. Para pelajar ini dituntut mengikuti kegiatan yang tidak mendidik, bahkan terkesan hanya melanggengkan budaya saja.

Bagi Bunda Fey, praktik perpeloncoan sudah bukan zamannya lagi. Anak-anak yang baru masuk ke sekolah sudah tidak seharusnya lagi mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya, bahkan terkesan merendahkan para pelajar baru ini.

"Kalau menurut saya, perploncoan sangat tidak cocok, apalagi di tengah dunia pendidikan. Ini sangat ironis. Anak-anak masuk sekolah seharusnya disambut dengan senang hati, bukan malah dikerjain (pelonco)," ucap istri Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar ini.

Ia mengatakan, banyak cara yang bisa digunakan untuk lebih mendekatkan dan mengenalkan peserta didik baru ke dunia pendidikan di sekolahnya, misalnya diberikan wawasan kebangsaan. 

"Kasih saja wawasan kebangsaan itu simpel dan realistis-tis. Sekarang ini, beberapa anak hampir lupa tentang Pancasila, tentang pahlawanannya, jadi fokus ke situ saja," ungkapnya.

Selain itu, anak-anak bisa diberikan wawasan terkait dengan 'trafficking', bahaya penyalahgunaan narkoba, maupun kekerasan seksual. Beragam ilmu itu tentunya lebih bermanfaat dan bisa sebagai bekal mereka untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan itu juga lebih penting ketimbang kegiatan yang sifatnya hanya untuk lucu-lucuan semata, misalnya mengenakan tas berbahan karung.

Ia mengakui, jika dirinya saat sekolah dulu juga mengalami praktik perpeloncoan, namun ia tidak berharap budaya itu tidak diteruskan saat ini. Walaupun itu budaya, kegiatan tersebut sudah tidak layak untuk dilakukan.

"Dulu, memang saya juga mengalami, tapi anak-anak sekarang tidak harus mengalaminya. Kalau tidak bagus, kenapa diteruskan," ujarnya. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016