Bojonegoro (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tetap memetakan desa di daerahnya yang rawan kekeringan, meskipun musim kemarau tahun ini masih terjadi hujan.
"Pemetaan desa rawan kekeringan tetap kita lakukan dengan meminta pihak desa melaporkan daerahnya yang rawan kekeringan," kata Kasi Prasarana dan Logistik BPBD Bojonegoro MZ. Budi Mulyono, di Bojonegoro, Rabu.
Ia menyebutkan sudah ada 63 desa yang tersebar di 14 kecamatan yang melapor daerahnya rawan kekeringan, antara lain, Kecamatan Sugihwaras, Kedungadem, Temayang, Ngasem, dan Tambakrejo.
Sesuai laporan pihak desa, lanjut dia, warga yang rawan kesulitan air bersih jumlahnya sebanyak 28.689 kepala keluarga (KK) atau 89.638 jiwa.
"Tapi sampai hari ini belum ada desa yang melapor ada warganya yang kesulitan air bersih, sebab di daerahnya masih turun hujan," jelas dia.
Ia membandingkan dengan musim kemarau tahun lalu tercatat sebanyak 30.134 KK dengan jumlah 84,654 jiwa, yang mengalami kesulitan air bersih.
Lokasi warga itu di 156 dusun di 81 desa yang tersebar di 19 kecamatan, antara lain, Kecamatan Temayang, Kedungadem, Kepohbaru, Gayam, Sugihwaras, Balen, Sukosewu, dan Trucuk.
"Warga yang kesulitan air bersih tahun lalu semuanya memperoleh pasokan air bersih," tandasnya.
Ia mengaku juga sudah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Jawa Timur terkait desa di daerahnya yang rawan kekeringan. Koordinasi dilakukan karena BPBD Provinsi Jawa Timur biasanya juga ikut membantu pendistribusian air bersih.
"Data desa yang rawan kesulitan air bersih sudah kami laporkan kepada BPBD Provinsi Jawa Timur," katanya menegaskan.
Ia menambahkan sesuai prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, daerahnya masih terjadi hujan selama musim kemarau, dengan curah hujan selama Juli dan Agustus berkisar 21-50 mm dan September berkisar 101-150 mm.
Sifat hujan Juli sebagian besar atas normal berkisar 151-299 persen, Agustus atas normal berkisar 116-150 opersen dan September atas normal di atas 201 persen.
"Yang jelas kewaspadaan dalam menghadapi bencana banjir, tanah longsor, angin kencang dan petir kita lakukan sebab selama musim kemarau masih terjadi hujan," tambah Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sukirno menegaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Pemetaan desa rawan kekeringan tetap kita lakukan dengan meminta pihak desa melaporkan daerahnya yang rawan kekeringan," kata Kasi Prasarana dan Logistik BPBD Bojonegoro MZ. Budi Mulyono, di Bojonegoro, Rabu.
Ia menyebutkan sudah ada 63 desa yang tersebar di 14 kecamatan yang melapor daerahnya rawan kekeringan, antara lain, Kecamatan Sugihwaras, Kedungadem, Temayang, Ngasem, dan Tambakrejo.
Sesuai laporan pihak desa, lanjut dia, warga yang rawan kesulitan air bersih jumlahnya sebanyak 28.689 kepala keluarga (KK) atau 89.638 jiwa.
"Tapi sampai hari ini belum ada desa yang melapor ada warganya yang kesulitan air bersih, sebab di daerahnya masih turun hujan," jelas dia.
Ia membandingkan dengan musim kemarau tahun lalu tercatat sebanyak 30.134 KK dengan jumlah 84,654 jiwa, yang mengalami kesulitan air bersih.
Lokasi warga itu di 156 dusun di 81 desa yang tersebar di 19 kecamatan, antara lain, Kecamatan Temayang, Kedungadem, Kepohbaru, Gayam, Sugihwaras, Balen, Sukosewu, dan Trucuk.
"Warga yang kesulitan air bersih tahun lalu semuanya memperoleh pasokan air bersih," tandasnya.
Ia mengaku juga sudah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Jawa Timur terkait desa di daerahnya yang rawan kekeringan. Koordinasi dilakukan karena BPBD Provinsi Jawa Timur biasanya juga ikut membantu pendistribusian air bersih.
"Data desa yang rawan kesulitan air bersih sudah kami laporkan kepada BPBD Provinsi Jawa Timur," katanya menegaskan.
Ia menambahkan sesuai prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, daerahnya masih terjadi hujan selama musim kemarau, dengan curah hujan selama Juli dan Agustus berkisar 21-50 mm dan September berkisar 101-150 mm.
Sifat hujan Juli sebagian besar atas normal berkisar 151-299 persen, Agustus atas normal berkisar 116-150 opersen dan September atas normal di atas 201 persen.
"Yang jelas kewaspadaan dalam menghadapi bencana banjir, tanah longsor, angin kencang dan petir kita lakukan sebab selama musim kemarau masih terjadi hujan," tambah Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sukirno menegaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016