Surabaya (Antara) - Sejumlah siswa dari Jawa Timur akan terlibat dalam film animasi Korea berjudul "FrienZoo" garapan Rumah Produksi Animasi Indonesia-Korea yang terinspirasi dari seni wayang kulit.

"Bagian kedua dari film animasi FrienZoo akan melibatkan siswa asal Jatim antara lain Surabaya, Sidoarjo, dan Malang," kata Creative Director Castle Production, Jakarta, Ardian, dalam keterangan pers yang diterima Antara di Surabaya, Senin.

Kini, kata Ardian yang telah menandatangani kerja sama dengan GFX Korea untuk memproduksi 50 episode film animasi berjudul FrienZoo bagian kedua itu, film animasi FrienZoo bagian pertama sudah ditayangkan di EBS-TV Korea.

"MoU itu sendiri kami tanda tangani di Kuala Lumpur City Center pada April lalu yang dihadiri Pewakilan Korean Ministry of Science and Future Planning, NIPA, Korean Trade Agency (Kotra), serta berbagai lembaga Pemerintah Korea lainnya," ujarnya.

Terkait dengan siswa asal Jatim yang terlibat dalam pembuatan film ini, Ardian berharap masyarakat di Jatim akan makin memahami tentang produk animasi yang merupakan bagian dari industri kreatif.

"Jatim, terutama kota-kota besar seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Malang, memiliki potensi sumber daya manusia yang cukup untuk menggerakan industri kreratif," kata Ketua Umum AINAKI (Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia) itu.

Oleh karena itu, dalam waktu dekat, pihaknya akan mengajak komunitas dan pencinta animasi di tiga kota itu untuk sama-sama bangkit dalam memberi warna terhadap perkembangan animasi Indonesia.

Animasi serial FrienZoo ini bercerita hewan ternak tuna wisma yang menetap di kebun binatang dan menyesuaikan lingkungan baru serta bertemu dengan teman binatang lain yang baru.

"Gaya animasi FrienZoo adalah animasi siluet, yang menggabungkan karakter hitam putih dan latar belakang berwarna-warni. Animasi jenis ini akan memungkinkan untuk mengembangkan hubungan sosial dan imajinasi artistik untuk tontonan anak-anak," ucapnya.

Ardian menjelaskan unsur wayang kulit dalam serial FrienZoo, sangat dominan, itu sebabnya pula pada penggarapan bagian kedua ini, pihak Korea mempercayakan pengerjaannya pada Castle Production, rumah produksi animasi asal Indonesia.

"Kami bersyukur bisa dipercaya untuk pengerjaan proyek ini. Dalam pengerjaannya ada sekitar 50 tenaga kerja kreatif muda yang akan terlibat. Mereka berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, Rembang, Jepara, Wonosobo,  Bali, Bekasi, Bandung, Banten, dan Padang," katanya.

Untuk merealisasikan pekerjaan itu, pelatihan dalam rangka transfer teknologi oleh tim Korea dilaksanakan dalam dua tahap. Pada tahap pertama di Bali, bertempatkan di Bali Creative Industry Center, milik Kementerian Perindustrian, sedang pelatihan kedua terkait dengan pelatihan compositing dilaksanakan di Cybermedia College Jakarta milik Castle Production.

Ardian yakin animasi bagian kedua yang juga akan diputar di beberapa negara di Asia dan Eropa, termasuk Indonesia, akan mengalami "booming" karena tema dan pendekatan tokoh yang ada dalam animasi itu sangat dekat dengan dunia imajinasi anak-anak.

Proyek senilai 2 milyar won  atau setara dengan Rp22 miliar ini didanai bersama oleh GFX, Castle dan para sponsor yang berasal dari Korea. Selain dengan Castle, GFX juga berencana bekerja sama co-production partner di negara-negara lain seperti  Vietnam, Malaysia dan China. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016