Islam di Indonesia begitu indah. Ini karena ada perpaduan antara budaya yang kemudian diisi dengan nilai-nilai keagamaan.

Salah satunya adalah tradisi mudik yang kemudian mewarnai momen-momen ibadah dalam agama Islam.

Mudik dilakukan oleh Muslim Indonesia yang bekerja di luar tempat asalnya. Selain untuk merayakan Idul Futri di kampung, mudik sekaligus juga untuk melepas rindu hampung halaman dan silaturrahim.

Dalam praktiknya, mudik tidak selalu identik dengan kegembiraan, karena jumlahnya yang jutaan justru menimbulkan masalah di perjalanan. Macet adalah pemandangan yang selalu terjadi saat musim mudik. Bahkan di jalan tol yang biasanya lancar, juga terjadi antrean panjang.

Bagi umat Islam, mudik sejatinya bukan sekadar perjalanan fisik dari ritunitas di tempatnya mencari nafkah untuk kembali ke kampung halaman.

Ritual puasa yang pahalanya dihitung sendiri oleh Allah, sejatinya adalah perjalanan mudik bagi umat Islam untuk menuju ke fitrah atau suci.

Selama satu bulan, umat Islam mengumpulkan "bekal" guna dibawa ke "kampung" fitri dan meraih predikat kemenangan.

Puasa ibarat sebuah perjalanan kembali umat ke jati dirinya sebagai manusia fitrah, setelah sebelumnya melanglang buana dalam perbuatan di luar kefitrahannya.

Sebagai sebuah ikhtiar, mudik ke kampung fitri, juga tidak sepi dengan hambatan, seperti mudiknya warga dari kota besar ke kampung halamannya. Hambatan mudik ke kampung fitri adalah kegagalan umat menjaga kesempurnaan puasa.

Kalau dalam mudik fisik ada yang tidak kebagian tiket atau mengalami kecelakaan di jalan sehingga gagal bertemu sanak saudaranya, mudik ke kampung fitri juga demikian. Bukankah Rasulullah telah mengingatan, "Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga saja."

Mudik ke "kampung" fitri bukanlah mudik yang sebenarnya karena sebagaimana juga disabdakan Rasulullah bahwa ada pintu surga bernama Ar Rayyan yang menunggu, yang hanya akan dimasuki oleh orang yang berpuasa. Semoga. Aamiin Allahumma Aamiin.... (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016