Trenggalek (Antara Jatim) - Permintaan kerupuk alen-alen khas Trenggalek di Trenggalek, Jawa Timur mengalami peningkatan sekitar 150 persen seiring penambahan permintaan kue dan oleh-oleh jajanan Lebaran 2016.
"Biasanya kami hanya memproduksi (alen-alen) sekitar 70 kilogram, tapi dua pekan terakhir sampai dua kuintal karena banyaknya permintaan dari pedagang," kata Istaji, pelaku industri rumahan jajanan alen-alen di Desa Kranding, Kecamatan Pogalan, Trenggalek, Sabtu.
Untuk menambah kapasitas produksi, Istaji terpaksa menambah jam kerja buruh harian di tempat usahanya.
Jika biasanya proses pembuatan jajanan alen-alen rampung dalam tempo setengah hari, saat ini ia harus menyelesaikan hingga sore.
Tenaga wanita yang bertugas membuat adonan bahan baku alen-alen hingga tahap penggorengan bekerja dari pagi hingga siang.
Sementara sisa pekerjaan siang hingga sore dilanjutkan Istaji bersama dua pekerja laki-laki khusus untuk tahap penggorengan alen-alen yang masih tersisa.
"Permintaan pasar sebenarnya jauh lebih besar. Tapi kami tidak sanggup untuk memenuhinya karena keterbatasan bahan baku dan tenaga kerja," ujarnya.
Menurut Istaji, alen-alen khas Trenggalek dijual dengan harga Rp20 ribu per kilogram untuk segmen eceran langsung ke konsumen.
Sementara untuk kelas distributor atau pedagang alen-alen dijual lebih rendah, yakni sekitar Rp16 ribu per kilogram untuk menjaga persaingan sehat di tingkat pengecer, katanya.
"Kami harus mematok harga eceran lebih tinggi dibanding harga ke pelanggan supaya tidak merusak harga di tingkat pedagang," ujarnya.
Istaji menduga, tingginya permintaan jajanan alen-alen disebabkan meningkatnya kebutuhan jajanan Lebaran serta oleh-oleh penganan khas daerah yang selama ini banyak diburu para pemudik.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Biasanya kami hanya memproduksi (alen-alen) sekitar 70 kilogram, tapi dua pekan terakhir sampai dua kuintal karena banyaknya permintaan dari pedagang," kata Istaji, pelaku industri rumahan jajanan alen-alen di Desa Kranding, Kecamatan Pogalan, Trenggalek, Sabtu.
Untuk menambah kapasitas produksi, Istaji terpaksa menambah jam kerja buruh harian di tempat usahanya.
Jika biasanya proses pembuatan jajanan alen-alen rampung dalam tempo setengah hari, saat ini ia harus menyelesaikan hingga sore.
Tenaga wanita yang bertugas membuat adonan bahan baku alen-alen hingga tahap penggorengan bekerja dari pagi hingga siang.
Sementara sisa pekerjaan siang hingga sore dilanjutkan Istaji bersama dua pekerja laki-laki khusus untuk tahap penggorengan alen-alen yang masih tersisa.
"Permintaan pasar sebenarnya jauh lebih besar. Tapi kami tidak sanggup untuk memenuhinya karena keterbatasan bahan baku dan tenaga kerja," ujarnya.
Menurut Istaji, alen-alen khas Trenggalek dijual dengan harga Rp20 ribu per kilogram untuk segmen eceran langsung ke konsumen.
Sementara untuk kelas distributor atau pedagang alen-alen dijual lebih rendah, yakni sekitar Rp16 ribu per kilogram untuk menjaga persaingan sehat di tingkat pengecer, katanya.
"Kami harus mematok harga eceran lebih tinggi dibanding harga ke pelanggan supaya tidak merusak harga di tingkat pedagang," ujarnya.
Istaji menduga, tingginya permintaan jajanan alen-alen disebabkan meningkatnya kebutuhan jajanan Lebaran serta oleh-oleh penganan khas daerah yang selama ini banyak diburu para pemudik.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016