Malang (Antara Jatim) - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang Dr dr Asih Tri Rachmi Nuswantari mengakui pelaksanaan imunisasi terhadap balita di 34 dari 57 kelurahan di wilayah itu sangat minim, sehingga tidak masuk dalam kategori "Universal Child Immunization" (UCI).
"Dari 57 kelurahan yang ada di Kota Malang hanya 23 kelurahan yang masuk kategori UCI atau kelurahan yang angka imunisasinya rata dan benar. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya angka balita terimunisasi tersebut, namun yang paling dominan adalah kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya imunisasi bagi balita," kata Asih di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Ke-34 kelurahan yang tidak masuk dalam lategori kelurahan UCI itu di antaranya adalah Kelurahan Tlogowaru, Lowokwaru, Sumbersari, Jatimulyo, Wonokoyo, Tulusrejo, Kedungkadang, dan Kota Lama. Sementara wilayah yang sudah masuk kategori UCI di antaranya adalah Kelurahan Tunggulwulung, Sawojajar, Madyopuro, dan Lesanpuro.
Lebih lanjut, Asih mengatakan masih banyak warga di Kota Malang yang lebih memilih menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah ketimbang membawa sang anak ke Posyandu untuk imunisasi. Sebenatnya, kader posyandu sudah bekerja maksimal mengajak warga yang memiliki balita untuk membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas agar mendapatkan imunisasi lengkap.
Pelayanan imunisasi bisa didapatkan di puskesmas atau posyandu. Di Kota Malang, ada 15 puskesmas, 30 puskesmas pembantu (Pustu), 1 rumah sakit bersalin, dan 650 posyandu. Khusus posyandu lokasinya tersebar di seluruh RW (Rukun Warga) yang ada di kota pendidikan itu.
Untuk peningkatan penggunaan vaksin dalam imunisasi bagi balita, Dinkes akan mengoptimalkan keberadaan kader posyandu. Di beberapa wilayah di kota ini, para kader berperan cukup besar terhadap pertambahan jumlah balita yang terimunisasi. Mereka bertugas memberi pemahaman kepada warga yang masih belum paham tentang pentingnya vaksin bagi balita dan enggan membawa balitanya ke posyandu atau puskesmas.
Ia mengakui maraknya peredaran vaksin palsu di beberapa daerah juga berpotensi membuat keyakinan warga untuk mengimunisasi balitanya berkurang. Namun, di Kota Malang masih aman dari penyebaran vaksin palsu tersebut. Setelah informasi keberadaan vaksin itu beredar, Dinkes langsung menggelar survei. Hasilnya, tak ditemukan vaksin palsu di seluruh rumah sakit dan klinik swasta.
"Sampai saat ini masih aman. Sudah kita survei di beberapa rumah sakit, seperti Melati Husada dan Hermina tidak ada (vaksin) yang palsu. Rumah sakit serta klinik di Kota Malang, untuk imunisasi dasar banyak yang ambil dari Dinkes," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Dari 57 kelurahan yang ada di Kota Malang hanya 23 kelurahan yang masuk kategori UCI atau kelurahan yang angka imunisasinya rata dan benar. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya angka balita terimunisasi tersebut, namun yang paling dominan adalah kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya imunisasi bagi balita," kata Asih di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Ke-34 kelurahan yang tidak masuk dalam lategori kelurahan UCI itu di antaranya adalah Kelurahan Tlogowaru, Lowokwaru, Sumbersari, Jatimulyo, Wonokoyo, Tulusrejo, Kedungkadang, dan Kota Lama. Sementara wilayah yang sudah masuk kategori UCI di antaranya adalah Kelurahan Tunggulwulung, Sawojajar, Madyopuro, dan Lesanpuro.
Lebih lanjut, Asih mengatakan masih banyak warga di Kota Malang yang lebih memilih menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah ketimbang membawa sang anak ke Posyandu untuk imunisasi. Sebenatnya, kader posyandu sudah bekerja maksimal mengajak warga yang memiliki balita untuk membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas agar mendapatkan imunisasi lengkap.
Pelayanan imunisasi bisa didapatkan di puskesmas atau posyandu. Di Kota Malang, ada 15 puskesmas, 30 puskesmas pembantu (Pustu), 1 rumah sakit bersalin, dan 650 posyandu. Khusus posyandu lokasinya tersebar di seluruh RW (Rukun Warga) yang ada di kota pendidikan itu.
Untuk peningkatan penggunaan vaksin dalam imunisasi bagi balita, Dinkes akan mengoptimalkan keberadaan kader posyandu. Di beberapa wilayah di kota ini, para kader berperan cukup besar terhadap pertambahan jumlah balita yang terimunisasi. Mereka bertugas memberi pemahaman kepada warga yang masih belum paham tentang pentingnya vaksin bagi balita dan enggan membawa balitanya ke posyandu atau puskesmas.
Ia mengakui maraknya peredaran vaksin palsu di beberapa daerah juga berpotensi membuat keyakinan warga untuk mengimunisasi balitanya berkurang. Namun, di Kota Malang masih aman dari penyebaran vaksin palsu tersebut. Setelah informasi keberadaan vaksin itu beredar, Dinkes langsung menggelar survei. Hasilnya, tak ditemukan vaksin palsu di seluruh rumah sakit dan klinik swasta.
"Sampai saat ini masih aman. Sudah kita survei di beberapa rumah sakit, seperti Melati Husada dan Hermina tidak ada (vaksin) yang palsu. Rumah sakit serta klinik di Kota Malang, untuk imunisasi dasar banyak yang ambil dari Dinkes," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016