Bojonegoro (Antara Jatim) - Ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, aman di bawah siaga banjir disebabkan banjir di daerah hulu Jawa Tengah juga Ngawi berangsur-angsur surut sejak sehari lalu.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro Sukirno, Selasa, menjelaskan kondisi ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro dan sekitarnya sudah di bawah siaga banjir.
"Sehari lalu ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro sempat masuk siaga I dengan ketinggian 13,05 meter," jelas dia.
Namun, menurut dia, ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro berangsur-angsur surut hingga mencapai 12,62 meter, Selasa pukul 09.00 WIB.
Begitu pula, lanjut dia, ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari kota dalam waktu bersamaan juga surut di bawah siaga banjir menjadi 25,62 meter.
Data dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan ketinggian air daerah hilir Tuban, Babat, Lamongan dan Gresik, juga di bawah siaga banjir.
"Ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi juga menyusut drastis," ucapnya, menegaskan.
Ia menegaskan kondisi Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, sudah aman, meskipun di daerah hulu, Jawa Tengah, terjadi banjir dengan posisi siaga merah.
Perhitungannya air dari hulu Jawa Tengah, tidak akan banyak menambah debit air di daerah hilir Jawa Timur.
"Kalau sekarang di hulu Jawa Tengah terjadi banjir tidak akan banyak mempengaruhi daerah hilir, sebab kondisinya kosong, apalagi di Ndungus Ngawi juga kosong," paparnya.
Ia menambahkan naiknya ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, yang baru saja terjadi tidak membawa dampak kerusakan areal pertanian, pemukiman warga, juga prasarana dan sarana lainnya.
"Naiknya air Bengawan Solo tidak menimbulkan tanah longsor," tandasnya.
Data di BPBD setempat bahwa banjir luapan Bengawan Solo yang terjadi tiga kali Februari lalu telah menimbulkan kerugian material Rp11 miliar."Kalau naiknya air Bengawan Solo yang baru saja terjadi tidak membawa dampak kerugian material," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro Sukirno, Selasa, menjelaskan kondisi ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro dan sekitarnya sudah di bawah siaga banjir.
"Sehari lalu ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro sempat masuk siaga I dengan ketinggian 13,05 meter," jelas dia.
Namun, menurut dia, ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro berangsur-angsur surut hingga mencapai 12,62 meter, Selasa pukul 09.00 WIB.
Begitu pula, lanjut dia, ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari kota dalam waktu bersamaan juga surut di bawah siaga banjir menjadi 25,62 meter.
Data dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan ketinggian air daerah hilir Tuban, Babat, Lamongan dan Gresik, juga di bawah siaga banjir.
"Ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi juga menyusut drastis," ucapnya, menegaskan.
Ia menegaskan kondisi Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, sudah aman, meskipun di daerah hulu, Jawa Tengah, terjadi banjir dengan posisi siaga merah.
Perhitungannya air dari hulu Jawa Tengah, tidak akan banyak menambah debit air di daerah hilir Jawa Timur.
"Kalau sekarang di hulu Jawa Tengah terjadi banjir tidak akan banyak mempengaruhi daerah hilir, sebab kondisinya kosong, apalagi di Ndungus Ngawi juga kosong," paparnya.
Ia menambahkan naiknya ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, yang baru saja terjadi tidak membawa dampak kerusakan areal pertanian, pemukiman warga, juga prasarana dan sarana lainnya.
"Naiknya air Bengawan Solo tidak menimbulkan tanah longsor," tandasnya.
Data di BPBD setempat bahwa banjir luapan Bengawan Solo yang terjadi tiga kali Februari lalu telah menimbulkan kerugian material Rp11 miliar."Kalau naiknya air Bengawan Solo yang baru saja terjadi tidak membawa dampak kerugian material," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016