Bulan puasa Ramadhan tahun ini 1437 Hijriah tampak berbeda bila dikaitkan dengan apa yang terjadi di belahan Benua Biru (Eropa) dan Amerika, karena tatkala umat Islam di dunia menjalankan ibadah puasa, warga Eropa dan Amerika sedang "berpesta" olahraga yang paling digemari di jagat ini, yaitu sepak bola.

Di Amerika berlangsung peringatan 100 tahun turnamen antarnegara di Benua Amerika dikemas dalam "Copa America Cencenario" (Piala Amerika), sedangkan di Eropa berlangsung "Euro 2016" (Piala Eropa). Piala Amerika berlangsung di berbagai kota di AS, sementara Piala Eropa di berbagai kota di Prancis.

Bila di Amerika tidak menjadi sorotan pesepak bola Muslim yang memang jarang, sementara di Eropa banyak pesepak bola Muslim. Jadi wajar bila pesepak bola seperti Mesut Ozil (Jerman) dan beberapa pemain Swiss, Inggris, Prancis maupun yang warganya dominan Muslim seperti Turki dan Albania, memberikan dispensansi untuk tidak berpuasa saat Ramadhan (diganti pasca-Lebaran).

Tapi bagi warga yang mayoritas penduduknya Muslim seperti Indonesia, penghelatan akbar "si kulit bundar" di Amerika maupun Eropa bertepatan puasa Ramadhan ini menimbulkan dampak lain, menurunkan produktivitas kerja maupun fisik. Karena, Piala Eropa berlangsung malam hingga dini hari WIB (perbedaan 7-8 jam lebih dulu dari WIB), sementara Piala Amerika berlangsung pagi hari WIB (perbedaan 12-13 jam dengan WIB).

Bagi pecandu bola, momentum ini tentunya tidak mungkin dilewatkan (jarang dan langka Piala Eropa bersamaan Piala Amerika), sebab kedua benua tersebut merupakan kutub sepak bola dunia. Setelah berbuka dan tarawih usai, maka dilanjutkan dengan nonton pertandingan di Piala Eropa (tiga pertandingan) hingga dini hari, dilanjutkan sahur, rehat (tidur) 3-4 jam, pagi dilanjutkan dua pertandingan Piala Amerika.

Bila jadwal itu diikuti hingga tuntas, bisa jadi para pecandu bola di Tanah Air akan "lesu darah" saat bekerja. Tapi orang Indonesia pemaaf dan pemaklum dengan toleransi tinggi, "puasa" (ibadah) wajib, jadi mohon dimaklumi. Walaupun produktivitas menurun, tetap saja perusahaan, instansi harus tetap memberikan THR (tunjangan hari raya) sebulan gaji yang wajib diberikan maksimal atau paling lambat sepekan jelang Hari Raya Idul Fitri, harus sudah diberikan.

Tidak hanya itu, setiap Ramadhan penduduk Indonesia yang merupakan Muslim terbesar di dunia selalu diwarnai gejolak kenaikan harga (akibat ulah spekulan) bahan pokok seperti beras, daging, gula hingg bawang merah. Pemerintah kalang kabut dari dulu hingga kini belum bisa mengatasi hal ini (kenaikan harga sembako).

"Penyakit" Ramadhan lainnya, tentang tempat hiburan malam maupun rumah makan atau penjual makanan (terkait jam buka). Peyakit lain yang kronis dan hingga kini belum bisa diberantas ialah judi. Bukan rahasia lagi bila setiap ada turnamen atau pertandingan sepak bola, para pejudi bergentanyangan, berpacu dengan para penegak hukum. Perkembangan teknologi juga dimanfaatkan para pejudi (judi 'online').

Itulah Indonesia. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah, mohon maaf lahir dan bathin. (*)

Pewarta: Chandra Hamdani Noer

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016