Tulungagung (Antara Jatim) - Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur berharap dukungan pemerintah kabupaten/kota di Jatim dalam upaya melestarikan setiap potensi cagar budaya yang ada daerah masing-masing.
    
"Tanpa peran aktif dan dukungan pemda, upaya pelestarian benda cagar budaya mustahil bisa optimal," kata Kasi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya BPCB Jatim Widodo kepada Antara di Tulungagung, Rabu.
    
Ia mencontohkan kebijakan Pemkab Mojokerto yang telah mewajibkan seluruh pelajar mulai dari TK hingga SMA untuk berkunjung ke museum.
    
Tidak hanya mengeluarkan perbup, kata Widodo, Pemkab Mojokerto juga memberi insentif bagi pelajar setempat yang berkunjung ke Museum Trowulan maupun beberapa museum lain di daerah tersebut.
    
Selain Mojokerto, Widodo juga mengapreasisi kontribusi Pemkab Jember yang memberi insentif tambahan bagi juru pelihara benda ataupun situs cagar budaya yang ada di Jember.
    
"Insentifnya cukup banyak, kalau tidak salah mencapai ratusan ribu sementara dari BPCB sebenarnya untuk juru pelihara berstatus honorer telah ada honor tetap sebesar Rp1 juta dan dari Pemprov Jatim sekitar Rp300 ribu," ujarnya.
    
Sayangnya, kata Widodo, belum semua pemerintah daerah menerapkan kebijakan serupa dalam rangka pelestarian benda/situs cagar budaya.
    
Di Kabupaten Ngawi, Kediri dan Bondowoso menurutnya juga sudah ada atensi khusus terhadap tenaga juru pelihara dengan memberikan sejumlah tunjangan atau insentif tertentu.
    
"Kami berharap pemkab/pemkot lain juga melakukan terobosan serupa dengan semangat pelestarian benda-benda bersejarah di wilayah masing-masing," kata Widodo.
    
Saat ini, kata Widodo, jumlah benda cagar budaya yang tersebar di 38 kabupaten/kota se-Jatim tercatat sebanyak 265 situs berupa candi, petirtan, makam, prasasti, serta berbagai jenis situs lain.
    
Diakuinya, jumlah tenaga juru pelihara yang ada tidak cukup dalam mengawasi ratusan situs yang sudah teridentifikasi maupun yang belum karena baru ditemukan ataupun alasan lainnya.
    
"Peran masyarakat, khususnya generasi muda serta komunitas pecinta sejarah sangat diperlukan agar situs-situs yang tersebar di berbagai tempat itu tidak rusak," ujarnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016