Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah petani atau peladang hutan yang tergabung dalam kelompok Lembaga Masyarakat Desa Hutan Sumber Lestari, Desa Samar, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengembangkan budi daya lebah klanceng secara tradisional untuk diambil madunya yang bernilai ekonomi tinggi.
    
Menurut keterangan Ketua LMDH Sumber Lestari, Sungkono, budidaya lebah klanceng sudah mereka tekuni sejak 2014 dari semula hanya terdiri dari belasan "setup" atau wadah/kotak sarang lebah klanceng dan kini berkembang menjadi 617 setup.
    
"Potensi pasar yang sangat besar bagi penjualan madu lebah klanceng membuat budi daya ini memiliki potensi ekonomi yang sangat besar," kata Sungkono.
    
Sentra budi daya lebah klanceng yang dulunya hanya dipusatkan di kebun milik Rasidi (60), bagian pemasaran LMDH Sumber Lestari, kini tersebar di 13 anggota lain yang telah dilatih bud idaya lebah klanceng secara tradisional.
    
Hasilnya, kata Sungkono maupun Rasidi, dalam kurun satu putaran musim panen yang berjangka waktu empat bulan dari 617 setup bisa diperoleh antara 6-10 liter madu klanceng dengan omzet penjualan mencapai Rp6 juta hingga Rp10 juta.
    
"Harga madu klanceng per botol kecil bekas kapasitas 150 mililiter dipatok Rp75 ribu. Jadi per liter kisaran harga antara Rp500 ribu hingga Rp550 ribu," paparnya.
    
Menurut Rasidi, bisnis budidaya lebah klanceng ke depan semakin menjanjikan.
    
Pasalnya, kata dia, sampai saat ini belum banyak peternak atau pembudidaya yang lebah serius menggarap sentra budi daya lebah klanceng karena cara pembibitan yang dianggap relatif sulit karena harus menyisir ke dalam hutan atau ladang sementara madu yang dihasilkan/diproduksi tidak banyak.
    
"Bayangkan, empat setup hanya menghasilkan satu botol madu isi 150 militer. Itupun saat musim bunga atau musim semi, sedang saat kemarau produksi biasanya turun," ujarnya.
    
Kendati hasilnya tidak berlimpah sebagaimana lebah madu biasa, kata Rasidi maupun Sungkono, mereka bertekad untuk terus mengembangkan usaha budidaya lebah klanceng tersebut mengingat besarnya permintaan konsumen/pasar.
    
"Kami saat ini baru bisa memenuhi kebutuhan pasar sekitar 10-15 persen saja. Selebihnya kami masih menolak karena memang produksi madu lebah klanceng tidak bisa dipaksakan dalam skala banyak," ujarnya.
    
Rasidi berharap, usaha lebah klanceng yang disebutnya menghasilkan madu dengan kadar protein dan vitamin C tinggi tersebut dilirik pemerintah sehingga turun bantuan untuk pengembangan bud idaya lebah klanceng secara lebih modern.
    
"Selain pelatihan budidaya, pengorganisasian kelompok, dan bantuan peralatan untuk memeras ataupun mengolah madu, kami sangat berharap ada bantuan bibit lebah klanceng yang unggul," ujarnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016