Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya yang tergabung dalam Solidaritas Perempuan Progresif (SPP) melakukan aksi penghentian kekerasan seksual terhadap perempuan.

Koordinator aksi SPP Aidil Firita di Surabaya, Kamis, mengatakan kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia masuk tahap mengkhawatirkan, apalagi kejahatan dan kekerasan seksual tersebut akhir-akhir ini marak terjadi.

"Berdasarkan data Komnas Perempuan pada tahun 2016 tercatat 321.752 kasus kekerasan. Angka ini tidak menggambarkan kasus sebenarnya yang semakin hari bertambah," katanya di sela aksi.

Dalam aksinya, mereka mengumpulkan ribuan tanda lima jari untuk menggalang dukungan penghentian kekerasan seksual terhadap perempuan.

Sebagian besar mahasiswa yang lewat ikut membubuhkan tanda tangannya ke atas spanduk putih. Rencananya, hasil dari aksi solidaritas itu akan disampaikan kepada Komnas Perempuan.

"Karena alasan norma budaya, banyak perempuan korban kekerasan memilih mendiamkan peristiwa yang pernah dialami. Jadi angkanya bisa lebih besar," ungkap mahasiswa Jurusan Administrasi Negara Untag ini.

Oleh karena itu, dia bersama rekannya mendesak pemerintah untuk hadir secara maksimal dalam pencegahan, penanganan, serta tindakan strategis demi menjamin rasa aman kepada perempuan.

"Kami berharap hukum di negara ini tidak membiarkan pelaku kekerasan seksual terhadap perempuan berkeliaran bebas, bahkan tidak diadili dengan tegas atas pelanggaran yang dilakukan," paparnya.

Padahal, katanya, perempuan yang menjadi korban akan dihantui rasa takut, tidak berani bicara, dan terkucil. Kekerasan seksual saat ini sudah dalam kondisi darurat.

"Para pembuat Undang-Undang (UU) harus memprioritaskan Rancangan UU kekerasan seksual sebagai prioritas utama pada penghapusan kekerasan seksual di Indonesia," ujar mahasiswa semester VI itu. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016