Malang (Antara Jatim) - Empat orang mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang menemukan teknologi untuk meningkatkan nilai jual susu melalui fermentasi yoghurt yang diberi nama "Authomatic Yogurt Bioreaktor" atau AYTRON.

Menurut salah seorang peneliti teknologi fermentasi yoghurt tersebut, Wisnu Aninditya, di Malang, Rabu, yang melatarbelakangi penelitian teknologi AYTRON ini karena tingginya nilai jual yoghurt yang dihasilkan tidak sebanding dengan umur atau masa kedaluarsa yogurt yang dihasilkan.

"Untuk mendukung kinerja electrical heating, bioreaktor dilengkapi dengan fuzzy logic, yaitu sistem kontrol cerdas yang dapat diimplementasikan pada suhu bioreaktor yoghurt. AYTRON menggunakan algoritma fuzzy logic agar suhu menjadi lebih stabil dan panas yang cepat merata," katanya.

Hal tersebut, lanjutnya, mengakibatkan setting time menjadi lebih cepat dan dapat meminimalisasi kesalahan, sehingga proses pembuatan yoghurt hanya memerlukan waktu 4-6 jam dan tingkat kegagalan proses menjadi rendah.

Keempat mahasiswa yang menciptakan AYTRON itu adalah Mas Wisnu Aninditya (TEP, FTP 2013), Nada Mawarda Rilek (TIP, FTP 2013), M. Ghadafy (Elektro, TE, 2013) dan Sri Handayani Nofiyanti (TBP, FTP 2014). Mereka di bawah bimbingan dosen Yusron Sugiarto.

Lebih lanjut, Wisnu mengatakan mesin AYTRON ini mengkombinasikan teknologi pemanasan electrical heating dan fuzzy logic control. Electrical heating merupakan sistem pemanasan yang mampu meratakan panas pada udara lingkungan sekitarnya.

Mesin AYTRON yang diciptakan keempat mahasiswa lintas fakultas UB itu atas kerja sama untuk penelitian dengan para peternak di Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, khususnya kelompok peternak Dworowati.

Permasalahan produksi yoghurt Dworowati, menurut kelompok ini, masih menggunakan proses konvensional, yaitu fermentasi pada wadah tertutup (suhu ruang 18-270C) sehingga proses produksi menjadi lama yaitu 12-18 jam, sehingga rawan terjadinya kontaminasi.

"Selain masih rentan terjadinya kontaminasi yang membuat tingkat kegagalan proses cukup tinggi. Hal ini juga menyebabkan tingkat produksi yoghurt dworowati hanya 50 liter per hari," ujarnya.

Ia mengakui AYTRON dibuat untuk menyelesaikan permasalahan mitra (peternak sapi perah) tersebut. AYTRON merupakan bioreaktor yoghurt pada proses fermentasi yang dirancang khusus dan mampu bekerja secara otomatis pada suhu yang telah disesuaikan dengan kebutuhan suhu optimal pertumbuhan Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Termophillus (starter) pada proses fermantasi yoghurt (430C).

"Kami juga sudah melakukan sosialisasi pada pekan lalu. Kami akan mulai menerapkan AYTRON di Desa Ngabab secepatnya dan diharapkan mampu meningkatkan produktivitas Kelompok Peternak Dworowati agar bisa bersaing dalam kancah Masyarakat Ekonomi ASEAN [MEA]," ucapnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016