Jember (Antara Jatim) - Kontes Robot Indonesia (KRI) merupakan kontes robotika yang diikuti tim mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang terdaftar di Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi  tiap tahun. 

KRI 2016 diselenggarakan dalam empat wilayah tingkat regional yang mencakup Regional I meliputi wilayah Sumatera dan sekitarnya; Regional II meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan sekitarnya; Regional III meliputi Wilayah Jawa Tengah, DIY dan sekitarnya; dan Regional IV meliputi Jawa Timur dan sekitarnya. Peserta yang sebelumnya berada pada Regional 5 (Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Papua) akan diarahkan ke Regional II, III, dan IV.

Sesuai jadwal kontes robot tersebut diselenggarakan di masing-masing wilayah yakni KRI Regional I digelar di Politeknik Caltex Riau pada 12-14 Mei 2016, Regional II digelar di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tanggal 28-30 April 2016, Regional III di Universitas Diponegoro Semarang yang digelar 21-23 April 2016, dan Regional IV dilaksanakan di Politeknik Negeri Jember tanggal 5-7 Mei 2016.

Pemenang dari ketiga kontes regional di Indonesia itu akan diundang untuk ikut serta dalam Kontes Robot tingkat nasional pada tanggal 1-4 Juni 2016 di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).

Kontes Robot Indonesia Regional IV yang digelar di Politeknik Negeri Jember, Jawa Timur diikuti sebanyak 91 tim dari 34 perguruan tinggi negeri dan swasta di wilayah  Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

Ketua Panitia Kontes Robot Indonesia, Nugroho Setyo Wibowo mengatakan Kontes Robot Indonesia 2016 mempertandingkan lima divisi yakni Kontes Robot (Asia-Pasifik Broadcasting Union) ABU Indonesia (KRAI), Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) tipe beroda, KRPAI tipe berkaki, Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), dan Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI).

"Sebanyak 91 tim itu terdiri dari 17 tim berkompetisi dalam KRAI, 30 tim berkompetisi di KRPAI tipe beroda, 25 tim KRPAI tipe berkaki, lima tim divisi KRSBI, dan 14 tim KRSTI," tuturnya.

Ia menjelaskan tema KRAI 2016 mengacu pada ABU Asia-Pacific Robot Contest 2016 di Bangkok yakni temanya "Efisiensi Energi Terbarukan" selaras dengan tema ABU Robocon 2016 yakni "Clean Energy Recharging The World".

"Pada KRAI terdapat dua robot yakni eco-robot dan hybrid-robot yang bekerja sama untuk memasang propeller ke mesin turbin angin," ujarnya.

Sedangkan untuk tema KRPAI 2016 yakni Robot Cerdas SAR Pemadam Api yang mengacu pada "Trinity College International Robot Contest" dengan memiliki dua tipe yakni robot berkaki dan robot beroda.

Untuk tema KRSTI menampilkan robot yang dapat menari berdasarkan gerakan seni tari dan budaya bangsa di Indonesia dan tema KRSTI 2016 yakni "Robot Penari Topeng Betawi", kemudian untuk KRSBI mengangkat liga sepak bola robot humanoid.

"Biasanya yang mendapat perhatian banyak penonton adalah pada saat kontes robot seni tari karena robot-robot tersebut menari seperti layaknya manusia dan gerakan robot tari tersebut sangat menghibur penonton," ucap Dosen Politeknik Negeri Jember itu.

Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI) itu menampilkan robot-robot humanoid yang dapat menari berdasarkan gerakan seni tari dan budaya bangsa di Indonesia. Robot menari dengan diiringi bunyi-bunyian pengiring tari. 

Robot menggerakkan tubuhnya sesuai dengan irama dengan memperlihatkan gerakan-gerakan wajib sesuai dengan tema KRSTI 2016 yakni "Robot Penari Topeng Betawi", sehingga pakaian yang digunakan robot tersebut juga harus sesuai dengan tema yang ditentukan.

Nugroho mengatakan setiap tahun tema yang ditentukan dalam kontes robot tersebut berbeda, sehingga mahasiswa dituntut untuk berinovasi dan kreatif dalam membuat robot yang disesuaikan dengan tema dari Kemeristekdikti.

Dalam Kontes Robot Indonesia Regional IV di Politeknik Negeri Jember yang digelar pada 6-7 Mei 2016, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) memborong juara beberapa divisi dalam kontes robot tersebut.

Berdasarkan hasil penilaian juri, juara I Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI) yakni Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dengan nama robot PENSAE, kemudian juara II dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dengan nama robot RI-NHA, juara III yakni Universitas Negeri Surabaya dengan nama robot Rengganis, kemudian PENS juga meraih penghargaan desan terbaik, dan penghargaan strategi terbaik diraih ITS.

Divisi Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) Berkaki juara I diraih PENS dengan nama robot EFFIRO, juara II diraih ITS dengan nama robot Al-Jazari, juara III ditempati Universitas Trunojoyo dengan nama robot SAKERA, kemudian penghargaan desain terbaik diraih ITS dan strategi terbaik diraih PENS.

Untuk Divisi KRPAI Beroda, PENS kembali meraih juara I dengan nama robot EILERO, juara II dari Universitas Negeri Surabaya dengan nama robot DEWAYANI, dan juara III diraih Universitas Negeri Malang dengan nama robot HEXA-ROW, serta desain terbaik diraih Universitas Negeri Surabaya dan strategi terbaik diraih Universitas Muhammadiyah Malang dengan nama robot DOME.

ITS dengan robotnya Ichiro berhasil menyabet juara I dalam Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) dan peringkat kedua diraih PENS dengan nama robot EROS, dan juara III ditempati oleh Universitas Negeri Malang dengan nama robot ELUMS. Kemudian penghargaan desain terbaik diraih ITS dan strategi terbaik diraih PENS.

Divisi Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI) juga menempatkan PENS pada juara I dengan nama robot ERISA, kemudian juara II diraih ITS dengan nama robot VI-Rose, dan juara III diraih Universitas Negeri Surabaya, sedangkan desain dan artistika terbaik diraih oleh Universitas Negeri Surabaya.    

Robot Peraga Kebudayaan

Dalam Kontes Robot Indonesia, pihak Kemenristekdikti juga berusaha mengenalkan budaya Indonesia melalui robot seni tari yang didesain sedemikian rupa, sehingga pakaian dan gerakan yang dilakukan robot tersebut seperti layaknya penari yang menampilkan tarian sesuai dengan tema yang ditentukan.

Pada tahun 2014, tema KRSTI menampilkan Robot Penari Legong Kraton yang merupakan tarian klasik dari daerah Gianyar Pulau Bali, kemudian tahun berikutnya temanya Robot Penari Bambangan Cakil yang merupakan tarian tradisional dari Jawa Tengah, dan tahun 2016 tema yang diambil Penari Topeng Betawi yang merupakan salah satu tarian adat masyarakat Betawi di Jakarta yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya.

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Prof Intan Ahmad mengatakan tujuan digelar Kontes Robot Indonesia yakni menumbuh-kembangkan dan meningkatkan kreatifitas mahasiswa, mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam dunia desain dan aplikasi nyata.

"KRI juga bertujuan meningkatkan kepekaan mahasiswa dalam pengembangan bidang teknologi robotika, membudayakan iklim kompetitif yang positif di lingkungan perguruan tinggi, dan meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap seni budaya bangsa," katanya saat membuka KRI Regional IV di Politeknik Negeri Jember pada Sabtu (7/5).

Menurut dia, kontes robot seni tari dalam Kontes Robot Indonesia yang digelar setiap tahun merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia.

"Memang tidak mudah untuk membuat robot menari seperti yang dilakukan oleh manusia, sehingga mahasiswa dituntut untuk berkreasi dan inovasi dalam pembuatan robot tari itu, agar robot tersebut membuat gerakan-gerakan sesuai dengan tema tari yang ditentukan," tuturnya.

Ia berharap mahasiswa tidak hanya menciptakan inovasi robotika, namun juga melestarikan budaya Indonesia melalui Kontes Robot Seni Tari Indonesia tersebut, sehingga warisan budaya dapat dikenal masyarakat luas.

Dalam beberapa kali kejuaraan di tingkat internasional, lanjut dia, Indonesia mampu mendapatkan tempat yang terbaik, sehingga hal tersebut membuktikan bahwa inovasi robot eksperimental yang dibuat oleh mahasiswa Indonesia diakui oleh negara lain di dunia.

"Hal itu merupakan prestasi yang luar biasa, inovatif dan kreatif yang dikembangkan oleh mahasiswa, sehingga kita mampu berkompetisi dan berinovasi dengan bangsa lain terkait robotik itu," tuturnya.

Bahkan pada April 2016, Tim Robotik Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang menyabet gelar juara umum pada kontes robot internasional di Amerika Serikat dan hal itu membuktikan bahwa bangsa Indonesia mampu bersaing dengan bangsa lain tentang robot.

Sementara salah seorang peserta KRSTI dari tim Institut Teknologi Nasional Malang, Mufti Al-Akhori mengatakan pembuat robot dituntut untuk mengetahui lebih dalam tentang Penari Topeng Betawi.

"Sebelum kami membuat robot, kami mencari tahu tentang seluk beluk Penari Topeng Betawi baik itu gerakan tariannya maupun sistematika pakaian yang digunakan oleh penari tersebut, sehingga kita sedikit banyak mengetahui tentang tari Topeng Betawi itu," tuturnya.

Ia mengatakan kontes robot seni tari tersebut sangat menarik karena mahasiswa bisa mengetahui budaya Indonesia dan setiap tahun tema robot tari yang dilombakan juga selalu berbeda, sehingga mahasiswa bisa mengetahui kesenian di masing-masing daerah.

"Peserta bisa menerapkan kesenian tari itu dengan teknologi robot dan konsep aturan yang ditentukan setiap tahun juga berbeda karena masing-masing tema tari memiliki ciri khas gerakan tersendiri," ucap mahasiswa semester IV di ITN Malang itu.

Mufti mengakui adanya kesulitan untuk menggerakkan robot tersebut agar bisa menari karena pada Kontes Robot Indonesia 2016 diharuskan menggunakan sinyal bluetooth untuk menggerakkan robot menari itu.

"Tahun lalu, robot tari menggunakan sensor suara, sehingga ketika mendengar suara musik, maka robot itu langsung bergerak menari sesuai dengan suara yang ditangkap oleh sensor tersebut. Namun tahun ini, menggunakan bluetooth dan bluetooth yang tidak terkoneksi dengan baik pada robot itu akan menyebabkan robot diam atau tidak bisa menari," tuturnya.

Ia mengatakan banyaknya penonton yang menghidupkan dan melakukan bluetooth juga dapat mengganggu koneksi robot tari yang diaplikasikan para peserta, sehingga seluruh penonton dan peserta diimbau untuk menonaktifkan telepon selulernya atau mematikan bluetoothnya pada saat pertandingan, agar tidak mengganggu jalannya kontes robot tari.

"Untuk membuat dua robot penari Topeng Betawi, kami membutuhkan waktu selama dua bulan untuk mengerjakannya dan menghabiskan anggaran sekitar Rp20 juta karena mahalnya sirku penggerak yang membuat tarian robot lebih luwes," ujarnya menambahkan.

Humas Politeknik Negeri Jember, Mahsus Nurmanto mengatakan tema tari dalam Kontes Robot Seni Tari Indonesia setiap tahun berubah, sehingga mahasiswa yang membuat robot juga harus mengenal lebih banyak tentang kesenian daerah di seluruh Indonesia.

"Saat ini generasi penerus bangsa banyak lupa akan kesenian tradisional karena dampak globalisasi, sehingga diharapkan peserta KRI melakukan inovasi melalui robotika dengan memadukan kesenian tradisional yang ditentukan panitia," tuturnya.

Menurutnya, kesenian tradisional di masing-masing daerah di Indonesia tidak kalah menarik dengan kebudayaan dari negara lain, sehingga diharapkan mahasiswa bisa mengenalkan dan melestarikan budaya Indonesia.

"Pihak perguruan tinggi berharap dengan robot humanoid tari itu bisa membumikan budaya Indonesia melalui teknologi robotika, sehingga mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa bisa ikut melestarikan kesenian tradisional," ujarnya.(*)
     

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016