Surabaya, (Antara Jatim) - Nilai tukar petani (NTP) di Jawa Timur mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen, dari 103,77 poin pada Maret 2016 menjadi 103,83 poin di bulan April 2016, dan disebabkan indeks harga yang diterima petani lebih rendah dari pada indeks harga yang dibayar petani.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Teguh Pramono, Kamis mengatakan naiknya NTP di Jatim, yang merupakan salah satu alat untuk mengukur kesejahteraan petani didorong dari empat sub sektor pertanian.

"Kenaikan NTP terbesar terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,96 persen dari 99,24 poin menjadi 100,19 poin," ucap Teguh di Surabaya.

Berikutnya menyusul sub sektor perikanan sebesar 0,50 persen dari 104,48 poin menjadi 105,00 poin, kemudian sub sektor Hortikultura sebesar 0,47 persen dari 104,50 poin menjadi 104,99 poin, dan sub sektor peternakan sebesar 0,13 persen dari 109,28 poin menjadi 109,43 poin. 

"Meski demikian, ada sub sektor yang mengalami penurunan NTP, yakni sub sektor  tanaman pangan sebesar 0,66 persen dari 100,51 poin menjadi 99,85 poin," katanya.

Ia mengatakan, pada April 2016 indeks harga yang diterima petani turun 0,34 persen dibanding bulan Maret 2016, yaitu dari 130,22 poin menjadi 129,78 poin dan disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani pada tiga sub sektor pertanian.
   
Tiga sub sektor itu masing-masing adalah tanaman pangan yang mengalami penurunan terbesar yaitu 1,05 persen, diikuti sub sektor peternakan sebesar 0,34 persen, dan sub sektor perikanan sebesar 0,06 persen. 

"Sisanya, mengalami kenaikan. Dan sub sektor yang mengalami kenaikan indeks harga yang diterima petani yaitu sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,63 persen, dan sub sektor hortikultura sebesar 0,14 persen," ucapnya.

Teguh menyebutkan, sepuluh komoditas utama yang menyebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani pada bulan April 2016 adalah gabah, jagung, cabai rawit, jeruk, sapi potong, ikan nila, nilam, cabai merah, rajungan, dan udang. 

Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menghambat penurunan indeks harga yang diterima petani bulan April 2016 adalah tembakau, bawang merah, tomat, ikan gurame, kol/kubis, tongkol, ketela pohon/ubi kayu, ikan kuniran, buah apel, dan kopi.   

Untuk indeks harga yang dibayar petani, kata Teguh mengalami penurunan sebesar 0,40 persen dari 125,49 poin pada bulan Maret 2016 menjadi 124,99 poin pada bulan April 2016, dan disebabkan oleh turunnya indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan) sebesar 0,47 persen, ditambah penurunan indeks harga biaya produksi dan pembentukan barang modal (BPPBM) sebesar 0,20 persen.  

Sementara itu, komoditas utama yang menyebabkan penurunan indeks harga yang dibayar petani pada bulan April 2016 masing-masing adalah solar, cabai rawit, bensin, beras, cabai merah, bekatul, broiler finisher, daging ayam ras, jeruk, dan kacang panjang. 

Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menghambat penurunan indeks harga yang dibayar petani bulan April 2016  adalah tomat sayur, bawang merah, benih lele, upah membersihkan kapal, upah menuai/memanen, bawang putih, ikan cakalang, tongkol, ayam ras petelur, dan upah sortir. 

"Dari lima provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP pada bulan April 2016, dua provinsi mengalami kenaikan NTP, dan sisanya mengalami penurunan dengan kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 0,32 persen, diikuti Provinsi Jawa Timur sebesar 0,06 persen," katanya. 

Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Banten sebesar 1,25 persen, diikuti Provinsi Jawa Barat sebesar 1,10  persen, dan Provinsi Jawa Tengah turun sebesar 0,42 persen.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016