Bojonegoro (Antara Jatim)  - Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyebutkan ribuan ekor sapi betina di daerahnya, mengalami gangguan reproduksi, disebabkan faktor genetika, terkena penyakit dan pemberian pakan yang tidak tepat.
     
"Diketahuinya ada sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi, berdasarkan pemeriksaan petugas Balai Besar Veteriner Yogyakarta, dalam sebulan terakhir," kata Sekretaris Dinas Peternakan dan Perikanan Pemkab Bojonegoro Soni Soemarsono, di Bojonegoro, Sabtu.
     
Menurut dia, Petugas Balai Veteriner Yogyakarta didatangkan, karena banyak sapi betina di daerahnya yang tidak bisa hamil, meskipun sudah menjalani inseminasi buatan beberapa kali.
     
"Sapi yang mengalami gangguan reproduksi langsung memperoleh  pengobatan, mulai pemberian hormon, mineral, vitamin, juga memperoleh obat cacing," katanya, menegaskan.
     
Ditanya mengenai hasilnya, menurut dia, dari ribuan sapi betina, yang mengalami gangguan reproduksi, sudah banyak yang mulai hamil.
     
Sesuai data pada Dinas Peternakan dan Perikanan, bahwa populasi sapi di daerah setempat, mencapai 186 ribu ekor, di antaranya, sekitar 65 persen merupakan sapi betina. 
     
"Tapi untuk sapi yang mengalami gangguan reproduksi, disebabkan faktor genetika, sudah tetap tidak bisa hamil, meskipun memperoleh pengobatan," ucap Asisten I Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Setyo Yuliono, menambahkan.
     
Ia mengakui, adanya gangguan reproduksi sapi betina itu, mengakibatkan produksi sapi di daerahnya tidak bisa maksimal.
     
"Tapi temuan sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi sudah ditangani dinas peternakan dan perikanan," ucapnya, menegaskan.
     
Pemkab, katanya, mentargetkan sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi itu, paling tidak 70 persennya bisa hamil.
     
"Pemkab terus berusaha meningkatkan populasi sapi," tandasnya.
     
Camat Tambakrejo, Bojonegoro Ngasiaji, sebelumnya, menjelaskan sebanyak 170 ekor sapi betina jenis Ongole di daerahnya, menjalani pemeriksaan kesehatan, pada 25 April lalu.
     
"Dari hasil pemeriksaan diketahui ada 57 ekor sapi, yang mengalami gangguan reproduksi," ucapnya.
     
Ia menambahkan petugas mantri hewan di wilayahnya langsung memberikan pengobatan, antara lain, dengan memberikan suntikan vitamin, hormon, mineral dan obat cacing.
     
"Sapi jenis Ongole memperoleh perhatian layak dikembangkan, dengan pertimbangan pemeliharaannya mudah, juga dagingnya lebih enak dibandingkan sapi jenis lainnya," ucapnya, menegaskan. (*)





Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016