Tulungagung (Antara Jatim) - Museum Wajakensis atau Museum Daerah Tulungagung di Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur, saat ini mengalami kelebihan kapasitas
(overload) sehingga sejumlah koleksi budaya harus ditaruh di luar
ruangan.
"Struktur bangunan museum memang tidak mencukupi untuk menampung semua koleksi yang ada," kata pengelola Museum Daerah Tulungagung, Jumat.
Ia mengatakan, struktur bangunan/gedung musuem hanya berukuran 8 x 15 meter.
Idealnya, kata dia, kapasitas tampung museum tidak lebih dari 200 koleksi dengan berbagai ukuran yang ada.
"Kenyataannya saat ini koleksi museum menapai 247 dari sebelumnya 245," kata Hariyadi.
Jumlah koleksi tersebut, menurut Hariyadi, terdiri atas 133 koleksi etnografi, seperti mainan anak-anak, alat pertanian dan perikanan zaman sejarah/kuno serta 114 koleksi arkeologi yang terdiri atas arca, batu candi, prasasti dan sebagainya.
"Itu termasuk dua koleksi benda arkeologi yang kami terima dari situs pulotondo di Desa Pulotondo yang diikuti penemuan kerangka manusia zaman sejarah, beberapa waktu lalu," ujarnya.
Dua koleksi dari situs pulotondo berupa dua buah batu bekas ambang pintu atau meja sesaji pada masa Kerajaan Kadiri di bawah kepemimpinan raja Jayabaya itu, kata Hariyadi, adalah benda purbakala yang terpaksa ditaruh di luar gedung.
Ukuran benda arkeologi yang cukup besar (panjang sekitar 1,5 meter dan lebar sekitar 0,5 meter) membuat benda bersejarah yang ditemukan di sekitar bantaran Sungai Brantas di Desa Pulotondo itu tidak bisa ditaruh di dalam karena volume koleksi sudah berlebih, kata dia.
"Sebenarnya kami ingin meletakkannya di dalam, namun dengan koleksi museum yang ada saat ini hal itu tidak mungkin dilakukan," ujarnya.
Hariyadi memastikan sudah mengoordinasikan masalah tersebut dengan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur.
"BPCB sudah meninjau lokasi dan memperbolehkan kami untuk menyimpannya di luar karena memang kondisi museum overload," katanya.
Alasan kedua, kata Hariyadi, benda arkeologi tersebut masing-masing memiliki berat sekitar 600 kilogram sehingga tidak mudah dicuri. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Struktur bangunan museum memang tidak mencukupi untuk menampung semua koleksi yang ada," kata pengelola Museum Daerah Tulungagung, Jumat.
Ia mengatakan, struktur bangunan/gedung musuem hanya berukuran 8 x 15 meter.
Idealnya, kata dia, kapasitas tampung museum tidak lebih dari 200 koleksi dengan berbagai ukuran yang ada.
"Kenyataannya saat ini koleksi museum menapai 247 dari sebelumnya 245," kata Hariyadi.
Jumlah koleksi tersebut, menurut Hariyadi, terdiri atas 133 koleksi etnografi, seperti mainan anak-anak, alat pertanian dan perikanan zaman sejarah/kuno serta 114 koleksi arkeologi yang terdiri atas arca, batu candi, prasasti dan sebagainya.
"Itu termasuk dua koleksi benda arkeologi yang kami terima dari situs pulotondo di Desa Pulotondo yang diikuti penemuan kerangka manusia zaman sejarah, beberapa waktu lalu," ujarnya.
Dua koleksi dari situs pulotondo berupa dua buah batu bekas ambang pintu atau meja sesaji pada masa Kerajaan Kadiri di bawah kepemimpinan raja Jayabaya itu, kata Hariyadi, adalah benda purbakala yang terpaksa ditaruh di luar gedung.
Ukuran benda arkeologi yang cukup besar (panjang sekitar 1,5 meter dan lebar sekitar 0,5 meter) membuat benda bersejarah yang ditemukan di sekitar bantaran Sungai Brantas di Desa Pulotondo itu tidak bisa ditaruh di dalam karena volume koleksi sudah berlebih, kata dia.
"Sebenarnya kami ingin meletakkannya di dalam, namun dengan koleksi museum yang ada saat ini hal itu tidak mungkin dilakukan," ujarnya.
Hariyadi memastikan sudah mengoordinasikan masalah tersebut dengan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur.
"BPCB sudah meninjau lokasi dan memperbolehkan kami untuk menyimpannya di luar karena memang kondisi museum overload," katanya.
Alasan kedua, kata Hariyadi, benda arkeologi tersebut masing-masing memiliki berat sekitar 600 kilogram sehingga tidak mudah dicuri. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016